Kebudayaan pada umumnya sering diartikan
secara sederhana sebagai hasil budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa
dengan menggunakan symbol-simbol serta artifak ( Abdurahman Mas’ud, 2000:237).
Sejalan dengan pengertian ini, kebudayaan meliputi cara hidup seluruh
masyarakat yang mencakup cara sikap, menggunakn pakaian, bertutur bahasa,
ibadah, norma-norma tingkah laku serta sistem kepercayaan.
Islam yang
dihubungkan dengan kebudayaan berarti cara hidup atau way of life yang juga sangat luas cakupannya. Tentu di sini Islam
juga dilihat sebagai realitas sosial. Yakni Islam yang telah menyejarah meruang
dan mewaktu, Islam yang dipandang sebagai fenomena sosial, bisa dilihat dan
dicermati.
Dengan
demikian yang dimaksud kebudayaan Islam (Abdurahman Mas’ud, 2000: 242) adalah
cara pandang komunitas muslim yang telah berjalan, terlembaga dan
tersosialisasi dari kurun waktu ke waktu, satu generasi ke generasi yang lain
dalam berbagai aspek kehidupan yang cukup luas tapi tetap menampilkan satu
bentuk budaya, tradisi, seni, yang khas Islam. Ruang lingkup studi budaya tidak
bisa lepas dari beberapa faktor yang mencakup manusia, pengaruh lingkungan,
perkembangan masyarakat, serta lintas budaya, misalnya kisah atau sejarah Nabi
yang hidup pada zaman dahulu.
Keunikan budaya Islam terletak pada
kokohnya landasan budaya ini berdiri dan bersandar (Abdurahman Mas’ud,
2000:242). Paling tidak ada lima
poin utama yang membedakan budaya Islam dengan budaya yang lain. Pertama, adalah konsep tauhid atau oneses of God. Kedua, adalah universalitas pesan dan misi budaya yaitu menekankan
pada persaudaraan manusia dengan tetap memberi ruang pada perbedaan ras,
keluarga, negara dan sebagainya. Ketiga,
adalah prinsip moral yang selalu ditegakkan dalam budaya. Keempat, adalah budaya toleransi yang cukup tinggi. Kelima, adalah prinsip keutamaan belajar
dan memperoleh ilmu.
b.
Metode
Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Selama ini kelemahan utama dalam
pengajaran sejarah kebudayaan Islam adalah pendekatan yang terlalu monoton,
melalui ceramah (Chabib Thoha, dkk, 1999:248). Metode mengajar sejarah
kebudayaan Islam secara konvensional seperti ceramah masih dibutuhkann, tetapi
harus diimbangi dengan penugasan memahami bacaan wajib dan diskusi seusai
ceramah, atau juga diskusi dengan topic-topik tertentu yang telah ditetapkan
pengajar dengan penugasan membaca terlebih dahulu. Untuk melengkapi
metode-metode ini, sangat dibutuhkan metode observasi, dengan mendatangi
pusat-pusat budaya Islam.
Metode memang sekedar cara atau alat
untuk mencapai sebuah tujuan. Meskipun demikian metode sering menjadi faktor
utama yang menjadikan sebuah pengajaran berhasil atau gagal. Menarik atau
tidaknya materi pelajaran tidak hanya ditentukan oleh figur guru tetapi juga
oleh “how”, bagaimana ia mengantarkan
materi tersebut, karena proses yang terakhir ini pada dasarnya adalah bagian
dari dirinya yang akan menentukan atmosfir dan dinamika proses pembelajaran.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk " Pengertian Kebudayaan Islam"
Posting Komentar