Tanda dan Gejala ISPA
Seorang anak dikatakan menderita ISPA jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37º C.
5. Sakit tenggorokan.
Faktor Predisposisi
Faktor intrinsik terdiri dari umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, dan pemberian ASI. Sedangkan faktor ekstrinsik terdiri dari lingkungan, sosial ekonomi, pendidikan, dan prilaku orang tua.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2002 dalam Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, faktor pendukung yang mempengaruhi ISPA adalah sebagai berikut :
a. Kondisi ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak pada peningkatan penduduk miskin disertai dengan menurunya kemampuan menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan pneumonia pada balita.
b. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi balita yang besar pula, atau dengan kata lain meningkatkan populasi sasaran program P2 ISPA sehingga berimplikasi pada membengkaknya anggaran, sarana dan peralatan yang dibutuhkan. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
c. Geografi
Sebagai daerah tropis Indonesia memiliki potensi daerah endemik beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor resiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
d. Perilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku hidup bersih dan sehat sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan balita agar tidak terkena penyakit ISPA, yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat.
e. Desentralisasi manajemen kesehatan (UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999).
Dengan diberlakukannya otonomi daerah pada Kabupaten/Kota menyebabkan hubungan dengan Kabupaten/Kota dengan Propinsi maupun pusat tidak lagi hirarki (hubungan atasan bawahan). Implikasinya terdapat kecenderungan Kabupaten/Kota kurang disiplin memenuhi kewajiban pelaporan yang diminta dari atas. Akibatnya kecenderungan Kabupaten/Kota tidak memberikan data secara rutin akan menjadi hambatan terhadap pencapaian sasaran pemberantasan penyakit ISPA.
f. Lingkungan dan iklim global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim global terutama suhu, kelembaban, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA. Untuk tercapainya tujuan pemberantasan penyakit ISPA, maka salah satu upaya adalah dengan memperhatikan atau menanggulangi faktor resiko lingkungan.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tanda dan Gejala ISPA Dan Faktor Predisposisi"
Posting Komentar