Sebuah teori klasik mengatakan bahwa semakin seseorang mengetahui informasi yang banyak tentang sesuatu, semakin memungkinkan responden tersebut melakukan hal-hal yang menguntungkan dan mendatangkan manfaat bagi dirinya dari informasi yang didapatkannya.
Dari hasil tabulasi silang didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan cukup lebih banyak memiliki sikap positif terhadap aborsi yaitu 285 responden (92,8%) dibanding yang memiliki sikap negatif terhadap aborsi. Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang, mengalami kecenderungan memiliki sikap negatif terhadap aborsi yaitu 17 responden (36,2%). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap atau tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan14.
Hal ini membuktikan bahwa seseorang, termasuk wanita usia subur yang mempunyai pengetahuan yang cukup dan memadai mengenai masalah aborsi, akan mampu menghindari sikap berisiko ini. Segala informasi yang diketahui dapat menjadi alasan bagi wanita usia subur untuk memiliki sikap yang positif terhadap aborsi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mar’at dalam Yulianti (2009) yang menyatakan bahwa seseorang akan sadar dan mengerti serta mau melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan kesehatan bila ia memiliki pengetahuan yang cukup yang akan mempengaruhi sikap dalam berperilaku 15.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemapuan di dalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, semakin banyak pengetahuan mengenai cara hidup sehat yang diperoleh, serta kecenderungan untuk menerapkannya. Jadi tingkat pendidkan seorang wanita dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok tingkat pendidikan tinggi sebanyak 287 responden (81,1%), yaitu SMA 133 responden (37,6%) dan Diploma/PT 154 responden (43,5%).
Hasil tabulasi silang didapatkan bahwa responden yang memiliki sikap positif terhadap aborsi terbanyak pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar 90,9%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap aborsi.
Hal ini terjadi karena pada umumnya responden memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 307 responden (86,7%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Dimana ada hubungan sedang antara pengetahuan dengan sikap terhadap aborsi. Sementara itu hasil pemelitian ini juga menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Ini dapat dilihat pada Tabel 2 dimana sebanyak 287 responden (81,1%) memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
Umur Ibu
Sikap terhadap aborsi terkait dengan masa usia kawin atau masa usia reproduksi aktif. Semakin muda usia seorang Ibu, maka sikap Ibu akan cenderung untuk melakukan aborsi. Begitu halnya jika usia Ibu yang semakin tua juga akan memiliki sikap yang cenderung untuk melakukan aborsi.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini bahwasanya responden yang memiliki sikap positif terhadap aborsi paling banyak terdapat pada responden dengan umur yang berisiko rendah sebesar 95,1%. Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif terhadap aborsi paling banyak terdapat pada responden dengan umur yang berisiko tinggi sebanyak 13,5%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widyastuti dan Eka (2009) yang mengatakan bahwa perempuan dengan umur kategori risiko tinggi lebih banyak melakukan aborsi sebanyak 60,1%. Begitu halnya dengan penelitian yang dilakukan Fattah (2001) di RS Labuang Baji Makassar, menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak melakukan aborsi adalah umur kelompok berisiko (umur <25 55="" dan="" div="" nbsp="" sebanyak="" tahun="" wanita="">
Jumlah anak
Jumlah anak akan mempengaruhi sikap terhadap aborsi. Aborsi sering terjadi dengan jumlah anak yang banyak. Hasil tabulasi silang didapatkan bahwa responden yang memiliki sikap positif terhadap aborsi paling banyak terdapat pada responden dengan jumlah anak yang berisiko rendah sebesar 93,7%.
Sebuah penelitian oleh Heryana (2009) mengungkapkan bahwa 64,2% wanita kawin yang telah memiliki dua anak, tidak ingin menambah anak lagi. Angkanya meningkat menjadi 78,7% ketika telah memiliki 3 anak, sehingga memungkinkan seorang ibu dengan jumlah anak yang banyak untuk memiliki sikap negatif terhadap aborsi.
Hal ini terjadi karena perempuan dengan jumlah anak yang banyak pada umumnya akan melakukan aborsi, apalagi jika perempuan tersebut mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 354 responden 74,0% diantaranya menyatakan kehamilan yang tidak diinginkan merupakan alasan seorang wanita melakukan aborsi.
Paritas
Sikap terhadap aborsi dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman melahirkan. Aborsi sering terjadi pada kehamilan pertama, karena faktor fisik ataupun alasan sosial (hamil diluar nikah), belum siap memiliki anak, dimana mereka berada pada paritas 0. Aborsi juga banyak terjadi pada paritas tinggi ≥4 karena kegagalan kontrasepsi dengan alasan ekonomi 8.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perempuan dengan paritas yang tidak berisiko (pernah melahirkan sebanyak 1-3 kali), cenderung memiliki sikap positif terhadap aborsi, sedangkan perempuan dengan paritas yang berisiko (belum pernah melahirkan atau telah melahirkan ≥4 kali) cenderung memiliki sikap negatif terhadap aborsi. Ini dikarenakan perempuan yang sering melahirkan cenderung untuk melakukan aborsi apalagi ketika mengalami kehamilan yang tidak dinginkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fattah di RSU Labuang Baji Makassar (2001) bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian aborsi.
Pekerjaan
Pekerjaan merupakan rutinitas manusia, tidak terkecuali laki-laki ataupun perempuan. Seperti halnya dengan Ibu, memiliki pekerjaan di dalam rumah bahkan di luar rumah.Jenis pekerjaan dari seorang Ibu akan mempengaruhi sikapnya terhadap aborsi. Seorang Ibu akan memilih aborsi terutama ketika melahirkan anak tidak cocok dengan situasi pekerjaan mereka4.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak selamanya wanita yang memiliki pekerjaan cenderung memiliki sikap negatif terhadap aborsi. Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Begitu halnya dengan aborsi, selalu ada nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam memandang aborsi sebagai sesuatu hal yang baik atau buruk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 354 responden yang di mintai pendapatnya mengenai aborsi, mayoritas (52,3%) responden menyatakan tidak setuju, 36,2% responden menyatakan sangat tidak setuju, hanya 3,7% responden menyatakan sangat setuju, 2,3% responden menyatakan setuju, dan sisanya 5,6% yang menyatakan ragu-ragu. Ini dikarenakan dalam masyarakat kita di Sulawesi Selatan yang mayoritas muslim, menjadi landasan timbulnya budaya siri’, mereka beranggapan bahwa melakukan aborsi pada umumnya adalah suatu perbuatan yang buruk.
Belum ada tanggapan untuk "Pembahasan Tentang Pengetahuan"
Posting Komentar