Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respons) atau reaksi antigen-antibodi (Humoral respons) dengan akibat merugikan penderita, terutama pada saraf tepi yang rnenyebabkan gangguan fungsi (cacat).
Reaksi ini dapat terjadi pada penderita sebelum mendapatkan pengobatan pada saat pengobatan maupun sesudah pengobatan. Namun sering terjadi pada bulan sampai setahun sesudah mulai pengobatan.
Reaksi dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, dapat disertai kecacatan permanen (Claw hand, Drop foot, dan lain-lain) bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Hal-hal yang mempermudah (pencetus) terjadinya reaksi kusta, misalnya
1. Penderita dalam keadaan kondisi lemah
2. Kehamilan, setelah melahirkan (masa nifas)
3. Sesudah mendapat imunisasi
4. Terinfeksi penyakit seperti malaria, infeksi pada gigi, bisul, cacingan,dll.
5. Kurang gizi
Perlu memperhatikan faktor-faktor pencetus diatas dengan penangangan yang benar.
II.9.2. Jenis Reaksi
Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu: reaksi tipe 1 dan reaksi tipe 2.
1. Reaksi tipe I (reaksi reversal, reaksi upgrading, reaksi borderline)
Terjadi pada pasien tipe borderline disebabkan meningkatnya kekebalan selular secara cepat. Pada reaksi ini terjadi pergeseran tipe kusta ke arah PB. Faktor pencetusnya tidak diketahui secara pasti tapi diperkirakan ada hubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
a. Gejala
Gejala reaksi dapat dilihat pada perubahan lesi kulit, neuritis (nyeri tekan pada saraf), gangguan fungsi saraf tepi dan kadang-kadang gangguan keadaan umum penderita.
b. Menurut keadaan reaksi, maka reaksi kusta tipe I ini dapat dibedakan: reaksi ringan dan reaksi berat.
c. Perjalanan reaksi dapat berlangsung selama 6-12 minggu atau lebih. Klasifikasi reaksi tipe I secara garis besar dapat dilihat pada tabel sedangkan perbedaannya dengan relaps dijabarkan pada tabel.
Tabel II.6.
Klasifikasi reaksi Tipe I
|
reaksi
ringan
|
reaksi
berat
|
Lesi kulit
|
Tambah aktif, menebal merah,
teraba panas, dan nyeri tekan. Makula yang menebal dapat sampai membentuk
plaque
|
Lesi membengkak sampai ada yang
pecah, merah, teraba panas,dan nyeri tekan. Ada lesi kulit baru, tangan dan
kaki bengkak, serta sendi-sendi sakit
|
Saraf tepi
|
Tidak ada neuritis (tidak ada
penebalan saraf dan gangguan fungsi)
|
Ada neuritis (nyeri tekan,
dan/atau gangguan fungsi misalnya kelemahan otot
|
Keadaan umum
|
Tidak ada demam
|
Kadang-kadang ada demam ringan
|
Sumber
: dikutip dari Buku Pedoman Pemberantasan Kusta Depkes (1999)
Tabel II.7.
Perbedaan reaksi Tipe I dan relaps
|
reaksi
tipe I (reversal)
|
relaps
|
Interval waktu
|
Umumnya muncul selama masa
pengobatan atau pada kurun waktu 6 bulan setelah penghentian pengobatan
|
Biasanya muncul lama sesudah
pengobatan dihentikan. Umumnya sesudah interval 1 tahun
|
Timbul gejala
|
Mendadak
|
Pelan-pelan
|
Gangguan sistem
|
Dapat disertai deman dan perasaan
kurang enak
|
Tidak pernah disertai demam dan
perasaan kurang enak
|
Lesi lama
|
Beberapa lesi atau seluruhnya menjadi
eritem, mengkilat dan bengkak
|
Hanya pinggiran sebagian lesi
menunjukkan eritem dan infiltrat
|
Lesi baru
|
Pemunculan lesi baru sangat
sedikit
|
Beberapa lesi baru muncul
|
Ulserasi
|
Lesi sering pecah dan terjadi
ulserasi
|
Jarang terjadi ulserasi
|
Peredaan/penyembuhan
|
Disertai deskuamasi
|
Tidak ada deskuamasi
|
Keterlibatan saraf
|
Banyak saraf dapat terlibat
dengan nyeri tekan dan gangguan motoris
|
Dapat terjadi hanya pada satu
saraf dan gangguan motoris muncul perlahan-lahan
|
Respons terhadap steroid
(prednison)
|
Sangat baik
|
Tidak jelas
|
Sumber
: dikutip dari Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta (1999)
2. Reaksi tipe II (reaksi eritema nodosum leprosum)
Reaksi ini terjadi pada pasien tipe MB dan merupakan reaksi humoral dimana basil kusta yang utuh maupun tak utuh menjadi antigen. Tubuh akan membentuk antibodi dan komplemen sebagai respons adanya antigen. Reaksi kompleks imun terjadi antara antigen, antibodi, dan komplemen.
Kompleks imun ini dapat mengendap antara lain di kulit berbentuk nodul yang dikenal sebagai eritema nodosum leprosum (ENL), mata (iridosiklitis), sendi (artritis), dan saraf (neuritis) dengan disertai gejala konstitusi seperti demam dan malaise, serta komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Hal-hal yang mempermudah terjadinya reaksi kusta adalah stress fisik (kondisi lemah, menstruasi, hamil, setelah melahirkan, pembedahan, sesudah mendapat imunisasi, dan malaria) dan stres mental. Perjalanan reaksi dapat berlangsung sampai 3 minggu. Kadang-kadang timbul berulang-ulang dan berlangsung lama.
Belum ada tanggapan untuk "Reaksi kusta atau reaksi lepra"
Posting Komentar