Setiap wanita yang belum ataupun sudah menikah, pastilah mendambakan keturunan yang sehat. Pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi menjadi hal yang wajib dilakukan bagi setiap wanita. Salah satu penyakit mematikan yang menyerang organ reproduksi wanita adalah kanker serviks. Kanker serviks atau dalam istilah umumnya kanker leher rahim, merupakan kanker yang terjadi pada suatu daerah organ intim wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dan vagina. Menurut statistik, angka kematian akibat kanker serviks mencapai 270.000 kasus setiap tahunnya. Sedangkan sekitar 85% kematian akibat kanker serviks, terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Walaupun mematikan, kanker serviks dapat dicegah dan ditangani asalkan mengetahui cara deteksi dini dan metode pengobatan yang tepat. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi atau re-infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Dewasa ini, terdapat lebih dari 100 jenis tipe virus HPV. Sebagian besar dari virus tersebut relatif tidak menimbulkan bahaya. Namun, terdapat empat tipe virus HPV yang menimbulkan masalah, yaitu HPV tipe 16 dan 18 yang diketahui menjadi penyebab utama kanker serviks, juga HPV tipe 16 dan 18 yange menimbulkan masalah pada organ genital. Infeksi HPV pada awalnya tidak menunjukkan gejala yang signifikan, namun infeksi berkelanjutan dapat menimbulkan masalah lain pada organ genital, seperti sel serviks abnormal, kutil di alat kelamin (genital warts), hingga kanker serviks. Virus ini disebarkan melalui hubungan seksual dan kontak kulit ke kulit di area kelamin. Oleh karena itu, setiap wanita yang aktif secara seksual beresiko terinfeksi virus HPV.
Deteksi dini melalui metode pap smear dapat digunakan sebagai upaya untuk mencegah kanker rahim. Selain itu, terdapat metode yang terbukti efisien dan berpotensi mencegah terinfeksinya virus HPV pada wanita selama jangka waktu bertahun-tahun, yaitu vaksinasi dengan vaksin kanker serviks. Vaksin merupakan antigen berupa bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan (bakteri,virus, atau riketsia) dan juga berupa toxoid. Vaksin yang diberikan pada manusia dapat menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Teknologi vaksin saat ini, telah menghasilkan suatu vaksin yang dapat mencegah masuknya virus HPV ke dalam tubuh. Vaksin pencegah HPV merupakan terobosan dalam bidang ilmu pengetahuan dan dapat menyelamatkan wanita dari ancaman kanker serviks.
Vaksin ditujukan bagi wanita berusia 9-26 tahun yang belum terkena virus HPV. Imunisasi diberikan sebanyak 3 kali dalam kurun waktu satu tahun, dari mulai bulan pertama imunisasi, ke-6, dan ke-12. Namun, tidak semua vaksin yang digunakan memiliki efek yang sama terhadap sistem imunitas setiap orang. Penelitian lebih lanjut telah menunjukan bahwa sistem ajuvan nomor 4 (AS04) yang baru dipakai pada pengembangan vaksin kanker serviks untuk remaja putri dan perempuan dewasa akan merangsang respon kekebalan yang kuat dan stabil dibandingkan dengan ajuvan alumunium tradisional. Oleh karena itu, vaksinasi HPV menggunakan vaksin Cervarix mempunyai efektivitas yang tinggi dalam mencegah serangan virus HPV tipe 16 dan 18. Tingginya efektivitas vaksin ini dikarenakan kandungan AS04 yang dimilikinya.
AS04 memberikan respon kekebalan yang lebih tinggi dan peningkatan jangka waktu perlindungan dari virus HPV tipe 16 dan 18. Ajuvan (AS04) berfungsi untuk membentuk respon kekebalan yang lebih tinggi dan tahan lama dibandingkan dengan vaksin yang sama yang hanya diformulasikan dengan alumunium hidroksida saja. Vaksin kanker serviks efektif diberikan pada wanita yang belum aktif secara seksual. Imunisasi dengan vaksin kanker serviks bagi remaja putri dan perempuan dewasa, akan membantu memberikan suatu respon kekebalan yang kuat dan stabil terhadap HPV tipe 16 dan 18.
Tarif vaksin kanker serviks di Indonesia tergolong cukup mahal. Hal ini disebabkan oleh masih berkembangnya teknologi vaksin ini di Indonesia. Tarif vaksin kanker serviks bervariasi, mulai dari satu juta rupiah hingga lebih dari satu juta rupiah, bergantung dari rumah sakit yang menyediakan layanan vaksinasi. Selain efektif mencegah kanker serviks, vaksin ini juga tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah demam dan kemerahan, nyeri, dan bengkak di tempat suntikan. Efek samping yang lainnya sering ditemui adalah berdarah dan gatal di tempat suntikan. Vaksin ini sendiri tidak dianjurkan untuk perempuan hamil. Namun, ibu menyusui deperbolehkan menerima vaksin ini.
Kanker serviks memang penyakit yang menakutkan, namun dengan mengenali penyebab datangnya pernyakit tersebut dan menerapkan pola hidup yang sehat, kanker serviks dapat ditanggulangi sekecil mungkin. Faktor resiko penyebab serangan kanker serviks adalah hubungan seks pada usia muda, berganti-ganti pasangan seksual, merokok,defisiensi zat gizi (kekurangan vitamin A), dan menopause. Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan organ genital, tidak berganti-ganti pasangan seksual, melakukan pap smear setiap dua tahun sekali bagi yang sudah aktif secara seksual dan mengonsumsi jus noni (mengkudu). Kandungan gizi pada buah noni mampu mencegah dan menghentikan jaringan sel kanker. Sebagai wanita yang cerdas, pemeliharaan organ reproduksi haruslah diutamakan, karena hal ini merupakan aset terbesar wanita bagi kehidupan. Oleh karena itu, pencegahan terhadap kanker serviks merupakan prioritas yang harus dipenuhi bagi setiap wanita yang ingin memiliki masa depan yang lebih baik dan vaksinasi kanker serviks dapat menjadi salah satu solusinya. a
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Vaksin Kanker Serviks"
Posting Komentar