LATAR
BELAKANG
Kusta termasuk penyakit tertua. Kata kusta berasal
dan bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi. Kata lepra
disebut dalam kitab Injil, terjemahan dan bahasa Hebrew zaraath, yang sebenamya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai
deskripsi mengenai penyakit ini
sangat kabur, apabila dibandingkan dengan kusta yang kita kenal sekarang.
Kusta merupakan
penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf
perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Penyebaran penyakit
kusta dari suatu tempat ke tempat lain sampai tersebar di seluruh dunia,
tampaknya disebabkan oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi penyakit
tersebut. Masuknya kusta ke pulau-pulau Melanesia termasuk Indonesia,
diperkirakan terbawa oleh orang-orang Cina. Distribusi penyakit ini tiap-tiap
negara maupun dalam negara sendiri ternyata berbeda-beda. Demikian pula
penyakit kusta menurun atau menghilang pada suatu negara sampai saat ini belum
jelas benar.
Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan adalah patogenesis kuman penyebab, cara penularan,
keadaan sosial ekonomi dan lingkungan, varian genetik yang berhubungan dengan
kerentanan, perubahan imunitas, dan kemungkinan adanya reservoir diluar
manusia. Penyakit kusta masa kini lain dengan kusta tempo dulu, tetapi meskipun
demikian masih banyak hal-hal yang belum jelas diketahui, sehingga masih
merupakan tantangan yang luas bagi para ilmuwan untuk pemecahannya
Kusta terdapat di
mana-mana, terutama Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan subtropis,
serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah. Makin rendah sosial ekonomi
makin berat penyakitnya, sebaliknya faktor sosial ekonomi tinggi sangat
membantu penyembuhan. Ada variasi reaksi terhadap infeksi M. Leprae yang mengakibatkan variasi gambaran klinis (spektrum dan
lain-lain) di pelbagai suku bangsa. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor
genetik yang berbeda.
Pada tahun 1991 World Health Assembly membuat resolusi
tentang eliminasi kusta sebagai problem kesehatan masyarakat pada tahun 2000
dengan menurunkan prevalensi kusta menjadi di bawah 1 kasus per 10.000 penduduk. Di Indonesia hal ini dikenal sebagai Elirninasi Kusta tahun 2000 (EKT 2000).
Jumlah kasus kusta
di seluruh dunia selama 12 tahun terakhir ini
telah menurun 85% di sebagian besar negara atau wilayah endemis. Kasus yang
terdaftar pada permulaan tahun 1997 kurang lebih 890.000 penderita. Walaupun
penyakit ini masih merupakan problem kesehatan masyarakat di 55
negara atau wilayah, 91% dan jumlah kasus berada di 16 negara, dan 82%-nya di 5
negara yaitu Brazil, India, Indonesia, Myanmar, dan Nigeria.
Di Indonesia jumlah
kasus kusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699 orang, distribusi
juga tidak merata, yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat dan
Sulawesi Selatan. Prevalensi di Indonesia per 10.000 penduduk adalah 1,57 per
10.000 penduduk.
Pada akhir Juni
tahun 2003 terdapat sebanyak 16.799 penderita kusta yang terdiri dari 2.298 PB
dan 14.994 MB dengan angka prevalensi 0.80 per 10.000 penduduk dan lebih kurang
82 % dari penderita tersebut terdapat di 10 propinsi yaitu : Jawa Timur, Jawa
Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, N.A.D, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan
Selatan, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur.
Di Kecamatan Mauk,
angka prevalensi mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga 2008, dan pada
tahun 2008 hingga 2009, terjadi
penurunan angka prevalensi yang sama sekali tidak signifikan. Pada tahun 2007
angka prevalensi nya sebesar 0.98 per 10.000 penduduk, sedangkan pada tahun
2008 angka prevalensi nya sebesar 1.79 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2009,
angka prevalensi nya sebesar 1.75 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2010, angka
prevalensi nya sebesar 0. 73 per 10.00 penduduk. Dari data di atas dapat
dilihat angka prevalensi kusta sudah mulai memenuhi target dari target resolusi
eliminasi kusta tahun 2000.
Berdasarkan hal
tersebut maka penulis bermaksud untuk mengevaluasi program pemberantasan kusta
di Puskesmas Mauk tahun 2010, agar dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi keberhasilan program ini. Dengan ini, penulis berharap mampu
menberikan masukan dan saran yang berguna untuk program pemberantasan kusta di
Puskesmas Mauk.
Belum ada tanggapan untuk "Contoh Pembuatan Latar Belakang Dalam Dunia Medis"
Posting Komentar