Faktor Lingkungan Terhadap ISPA
Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya dan tersebarnya penyakit ISPA. Rumah yang kotor, padat, kumuh dan kurang mempunyai jendela menyebabkan pertukaran udara terkumpul didalam rumah. Bayi atau balita yang sering menghisap asap akan lebih mudah terserang ISPA.
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tingi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan dapur terletak didalam rumah.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil kuesioner didapatkan bahwa faktor lingkungan terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris adalah tergolong rendah yaitu sebanyak 17 orang (57 %). Ini berarti lingkungan bukan merupakan faktor resiko tinggi yang dapat menyebabkan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris. Hal ini bisa dilihat dari lingkungan perumahan yang memenuhi syarat, baik dari segi kepadatan hunian, ventilasi, dan pencemaran udara dalam rumah.
Faktor Perilaku Orang Tua
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari dalam masyarakat atau keluarga. Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara, kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh penjamu baru dan masuk keseluruh saluran pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA.
Faktor perilaku orang tua yang bisa menyebabkan kejadian ISPA pada balita diantaranya adalah merokok didalam rumah, kebersihan rumah yang kurang, menggunakan obat nyamuk bakar, membawa anak pada saat memasak yang menggunakan kayu bakar.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa perilaku orang tua yang mempunyai balita menderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris adalah tergolong sedang yaitu sebanyak 16 orang (53 %). Dari hasil kuesioner didapatkan hal tersebut diatas disebabkan karena masih kurangnya perilaku orangtua dalam upaya pencegahan penyakit ISPA, seperti orangtua yang merokok didalam rumah, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
Polusi udara oleh CO terjadi selama merokok. Asap rokok mengandung CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm selama dihisap. Konsentrasi tersebut terencerkan menjadi 400-500 ppm. Konsentrasi CO yang tinggi di dalam asap rokok yang terisap mengakibatkan kadar COHb di dalam darah meningkat. Selain berbahaya terhadap orang yang merokok, adanya asap rokok yang mengandung CO juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya karena asapnya dapat terisap (
www.digilib.unnes.ac.id, diakses tanggal 27 Oktober 2009).
Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi (Dinkes RI, 2001:12).
Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan keadaan suatu keluarga dilihat dari besar pendapatan atau penghasilan dan bagaimana keluarga tersebut berinteraksi terhadap orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa faktor sosial ekonomi terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris adalah tergolong sedang yaitu sebanyak 18 orang (60 %). Hal ini dapat diartikan faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris.
Dengan penghasilan yang sedikit, akan berdampak pada kurang terpeliharanya gizi, berkurangnya kunjungan ke pelayanan kesehatan oleh karena keterbatasan biaya, serta hal-hal lain yang menyangkut buruknya lingkungan yang pada akhirnya akan mendorong meningkatnya angka kesakitan penyakit ISPA.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "3 FAKTOR TERJADINYA ISPA"
Posting Komentar