Faktor resiko terjadinya ISPA adalah berbagai hal yang mendorong atau memperberat timbulnya penyakit ISPA pada balita yaitu faktor umur balita, jenis kelamin balita, status imunisasi, status gizi, pemberian ASI, lingkungan, perilaku orangtua, sosial ekonomi, dan pendidikan orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor resiko terjadinya ISPA di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris dapat disimpulkan faktor resiko ISPA tergolong sedang yaitu sebanyak 19 orang (63 %) responden. Faktor resiko ISPA yang tertingi kontribusinya adalah faktor jenis kelamin balita, umur, pendidikan orang tua, perilaku orang tua serta sosial ekonomi keluarga.
Faktor jenis kelamin balita yang menderita ISPA yaitu sebanyak 19 orang (63 %) adalah laki-laki. Salah satu faktor resiko yang dapat meningkatkan insidens terjadinya infeksi saluran pernafasan pada balita adalah jenis kelamin laki-laki (Dep.Kes.RI, 2002).
Faktor umur balita yang menderita ISPA yaitu tertinggi yaitu pada klasifikasi umur 1-12 bulan dengan jumlah 13 orang ( 43 %). Pada bayi atau balita daya tahan tubuhnya masih rendah sehingga lebih mudah untuk terserang ISPA.
Faktor pendidikan orang tua yang mempunyai balita menderita ISPA dari 30 responden 15 orang (50%) diantaranya adalah orang tua dengan latar belakang pendidikan SD . Latar belakang pendidikan merupakan pengetahuan awal yang harus dimiliki secara lengkap, baik bagi penderita maupun keluarga sangat berperan dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan yang cepat dan tepat apabila anggota keluarga ada yang menderita gejala ISPA.
Faktor perilaku orang tua yang menderita ISPA adalah tergolong sedang yaitu sebanyak 16 orang (53 %). Faktor perilaku orang tua yang tergolong tinggi adalah sebanyak 6 orang (20 %). Hal tersebut diatas disebabkan karena masih kurangnya perilaku orang tua dalam upaya pencegahan penyakit ISPA, seperti orangtua yang merokok didalam rumah, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
Faktor sosial ekonomi keluarga yang mempunyai balita yang menderita ISPA adalah tergolong sedang yaitu sebanyak 18 orang (60 %), dengan penghasilan yang sedikit, akan berdampak pada kurang terpeliharanya gizi, berkurangnya kunjungan ke pelayanan kesehatan oleh karena keterbatasan biaya, serta hal-hal lain yang menyangkut buruknya lingkungan yang pada akhirnya akan mendorong meningkatnya angka kesakitan penyakit ISPA.
Meskipun faktor resiko ISPA di wilayah kerja Puskesmas Salam Babaris tergolong sedang kemungkinan tingginya penyakit ISPA masih terjadi, dengan mengetahui beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan ISPA diharapkan masyarakat telah dapat melakukan pencegahan pada balitanya agar tidak terserang penyakit ISPA.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Faktor Resiko Terjadinya ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Salam Babaris."
Posting Komentar