Perempuan hamil dengan diabetes mellitus gestasional bukan merupakan indikasi seksio sasare. Penanganan persalinan tetap harus berdasar kepada indikasi ibu dan janin, sama halnya dengan pengelolaan perempuan hamil tanpa diabetes.
Pengelolaan Pascapersalinan
Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi, maka pada periode pascapersalinan, perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin.
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet, setelah persalinan tidak perlu diperiksa kadar glukosanya. Namun, bila pada waktu kehamilan diberi pengobataninsulin, sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa dan 2 jam pascapersalinan.
Karena resiko terjadinya tipe 2 diabetes mellitus dikemudian hari meningkat, maka 6 minggu pascapersalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 2 jam setelah pemberian 75 g glukosa pada glucose tolerance test (kadar kurang dari 140 mg per dl berarti normal, kadar antara 140-200 mg per dl, berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari 200 berarti diabetes mellitus). Bila tes ini menunjukkan kadar yang normal, maka kadar glukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun.
Skrinning diabetes ini harus dilakukan secara berkala, khususnya pada pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu kehamilan.22
Perempuan yang pernah menderita diabetes mellitus gestasional harus diberi konseling agar menyusui anaknya karena pemberian ASI akan memperbaiki control kadar gula darah.23
Harus direncanakan penggunaan kontrasepsi hormonal pada pasien dengan riwayat diabetes mellitus gestasional.
Bagi perempuan yang obes, setelah melahirkan harus melakukan upaya penurunan berat badan dengan diet dan berolahraga secara teratur agar resiko terjadinya diabetes menjadi menurun.
ASPEK PSIKOLOGIK PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,
DAN NIFAS
Persiapan menanti kehamilan
Perubahan psikologik selama kehamilan
Perubahan psikologik di waktu persalinan
Perubahan psikologik selama nifas
Pada masa persiapan kehamilan perempuan dapat dihantui oleh beberapa hal, misalnya khawatir untuk bias atau tidak bisa hamil, apakah keadaan indung telur atau produksi ovum/ovulasi baik atau tidak, dan apakah keadaaan spermatozoa suami cukup baik sehingga dapat membuahi ovum yang diproduksi perempuan.
Pada masa kehamilan perempuan dapat dihantui oleh beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan perubahan psikologik perempuan antara lain pertumbuhan janinku baik kah, terjadi cacat bawaan atau tidak, bila minum obat tertentu apakah berpengaruh, kehamilan ini kembar atau tidak.
Pada masa persalinan beberapa pertanyaan yang timbul antara lain bias bersalin normal atau tidak, apakah harus operasi sesar, harus digunting atau dilebarkan jalan lahirnya, apakah mampu mengejan, setelah bayi lahir plasentanya dapat lahir atau tidak, bila jalan lahir robek bila dijahit rasanya sakit hebat dan sebagainya.
Dengan melihat hal tersebut di atas, maka perempuan dewasa harus dipersiapkan psikiknya agar dapat menghadapi kehamilan, persalinan, dan masa nifas dengan baik.
Kehamilan Sebagai Transisi Perkembangan
Kehamilan, sama dengan menarke dan menopause, adalah tahap utama perkembangan kehidupan seseorang perempuan. Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknya merupakan peristiwa yang penuh dengan tekanan dan tantangan, khususnya pada kehamilan yang pertama. Banyak konflik yang akan timbul seperti adanya.
Tanggung jawab sebagai ibu, kebutuhan akan karier, atau tugas sebagai istri atau ibu, respons perempuan terhadap kehamilannya berhubungan dengan 5 variable berikut.
Riwayat kehidupan keluarga
Kepribadian
Situasi kehidupan saat itu
Pengalaman kehamilan sebelumnya
Keadaan dan pengalaman kehamilan sekarang
Belum ada tanggapan untuk "Cara Dan Waktu Persalinan "
Posting Komentar