1. Kolestasis Obstretik 10
Kolestasis adalah berkurangya atau terhentinya aliran empedu. Kolestasis obstretik mempengaruhi sekitar 0,7% kehamilan. Perempuan dengan kolestasis obstetric diperkirakan mempunya penigkatan sensitivitas terhadap peningkatan serum estrogen pada saat kehamilan, khususnya terjadi di trimester III dimana estrogen mencampai kadar puncaknya. Hal ini juga terjadi pada perempuan yang mendapat kontrasepsi oral dan estrogen eksogen.
Gejala lainnya bergantung pada penyebab kolestasis, bias berupa nyeri perut, hilangnya nafsu makan , muntah atau demam, grjala klasiknya adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. Gejala lain yang muncul adalah warna urin gelap, tinja pucat, atau jaundice walaupun hal ini jarang. Bila terjadi pruritus tanpa ruam disertai dengan peningkatan kadar enzim hati atau peningkatan asam empedu, maka harus dipertimbangkan diagnosis kolestasis obstretik.
Resiko Maternal
Resiko yang pertama adalah pruritus yang merupakan gejala yang sdangat mengganggu. Resiko selanjutnya adalah pendarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh pemanjangan waktu protrombin sebagai konsekuensi gangguan fungsi hati. Pruritus dan gangguan fungsi hati kembali ke normal setelah persalinan. Bila dalam 3 bulan tidak normal kembali, harus dirujuk ke hepatologis. Resiko rekurensi sekitar 90%. Hindari memakai pil KB yang mengandung estrogen pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kolestasis obstetrik.
Resiko Fetal
Kolestasis obstetric dilaporkan berhubungan dengan peningkatan prematuritas, fetal distress, dan kematian janin.
Manajemen
Direkomendasikan untuk terminasi kehamilan pada usia kehamilan 37-38 minggu untuk mengurangi resiko kematian janin. Dilakukan pemantauan janin dengan KTG selama persalinan. Direkomendasikan untuk diberikan vitamin K 10 mg per hari untuk mengurangi resiko pendarahan. Dapat juga diberikan UDCA (ursedeoksikolik asid ) 500 mg/hari 2 kali sehari sampai 2000 mg.hari pada perempuan dengan pruritus yang sangat mengganggu. Apabila tidak respons terhadap UDCA, maka dapat digunakan deksametason 12 mg/hari selama 7 hari dengan tappering off 3 hari setelahnya. Pemberian dektametason harus dipertimbangkan dengan matang karena dengan dosis tinggi dan berulang dapat menyebabkan penurunan berat badan njanin dan perkembangan saraf yang tidak normal. Pengobatan lain adalah kolestiramin, s-adeo-silmetionim, dan gur gum. Topical untuk pruritus dapat digunakan krem berbasis air yang mengandung mentol.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "KOLESTASIS OBSTRETIK "
Posting Komentar