Nyamuk merupakan serangga yang sangat menggangu karena selain menyebabkan rasa gatal dan sakit, beberapa jenis nyamuk merupakan vektor atau penular berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya (Kardinan, 2004).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus dengue yang merupakan virus RNA untai tunggal, genus Flavivirus,yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang ditandai dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian (Irianto, 2013)
Kita mengenal jenis nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang gemar hidup di dalam rumah, dan ada juga Aedes albopictus, nyamuk belang hitam-putih juga yang lebih menyukai tinggal di kebun sekitar rumah. Dua-duanya bisa menjadi pembawa virus dengue, atau disebut vektor (Nadesul, 2007).
Berbagai cara telah dilakukan manusia untuk menghindari serangan nyamuk, baik secara alami maupun kimia. Mengatasi gangguan nyamuk secara kimia antara lain menggunakan anti nyamuk semprot (aerosol) atau lotion anti nyamuk yang sudah banyak beredar dipasaran. Sementara itu, cara mengatasi nyamuk secara alami bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis tanaman pengusir atau pembunuh nyamuk, seperti zodia, lavender, geranium, selasih, kayu putih, serai wangi, akar wangi, atau mimba (Kardinan, 2004).
Menurut Arifin (2014), pada umumnya repellent dalam bentuk lotion yang dijual dipasaran mengandung zat aktif DEET (N,N-dietil-m-toluamid) yang merupakan senyawa kimia yang tidak berbau dan berbahaya bagi kesehatan. Zat aktif DEET tersebut dapat menimbulkan gejala toksisitas baik akut dan kronik seperti hipotensi, kejang otot, insomnia, kebingungan, bahkan koma. Kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan iritasi pada mata yang cukup serius. Untuk menghindari efek negatif dari penggunaan anti nyamuk yang berasal dari bahan-bahan kimia tersebut, dilakukan penelitian yang menggunakan senyawa alami yang berasal dari tanaman yang berperan sebagai penghalau nyamuk (repellent), misalnya penelitian yang telah dilakukan oleh Manurung (2013) di Sumatra terhadap pengaruh daya tolak ekstrak Cymbopogon nardus terhadap gigitan nyamuk Culex sp.
Daun dan batang Cymbopogon nardus mengandung minyak atsiri yang dalam dunia perdagangan disebut dengan citronela oil. Minyak sitronela ini dapat digunakan sebagai pengusir serangga, termasuk nyamuk (Kardinan, 2004).
Kandungan zat-zat dalam minyak tersebut: geraniol dan sitronelal, metilheptanon, terpenalkohol dan terpen-terpen lainnya, serta asam-asam organik (Sutedjo, 2004).
Zat sitronelal ini memiliki sifat sebagai racun kontak. Sebagai racun kontak, ia dapat menyebabkan kematian bagi nyamuk. Caranya, dengan menyebabkan terjadinya proses dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) yang berat sehingga tubuh nyamuk kekurangan cairan dan akhirnya mati (Fadjari, 2005)
Penelitian tentang manfaat tanaman Cymbopogon nardus terus dilakukan dan dikembangkan seiring membangun kesadaran masyarakat untuk beralih keproduk-produk alam. Khoirotunnisa (2008) menyatakan bahwa Cymbopogon nardus adalah salah satu tanaman obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai anti-jamur utamanya terhadap jamur Malassezia furfur (jamur penyebab penyakit kulit yang disebut dengan “panu”) secara invitro dan sebagai penghalau nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan pengujian “Perbandingan Efektifitas Lotion Anti Nyamuk (X) dengan Maserat Serai Wangi (Cymbopogon nardus) pada Beberapa Konsentrasi Terhadap Aktifitas Menggigit Nyamuk Aedes aegypti.”
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Apa itu Nyamuk ?"
Posting Komentar