Masing-masing dari pahaman lima universal dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Universal golongan, dibagi menjadi dua:
a. Universal golongan hakiki
Yaitu suatu golongan yang sesuai dengan definisi asalnya.
b. Universal golongan hubungan
Yaitu suatu universal zat yang dihubungkan dengan dan terletak di bawah
universal zat lainnya yang lebih luas. Misalnya manusia dan binatang, kalau
dihubungkan dengan universal zat lainnya yang lebih luas. Keduanya berupa
universal zat yang berada di bawah universal lainnya yang lebih luas, yang
dalam hal ini kepadanya kedua universal tersebut dihububngkan. Yaitu
menghubungkan manusia dengan binatang dan binatang dengan benda
berkembang. Dengan penghubungan ini, dan binatang menjadi sebagian dari
benda berkembang. Golongan hubungan, bisa jadi dai golongan hakiki – atau
bahkan dai jenis. Yang terpenting adalah bahwa ia – golongan hubungan – harus
berupa universal zat dan dihubunga\kan dengan universal zat lainnya yang lebih
luas. Oleh karena itu, hubungan antara golongan hakiki dan golongan
hububungan berupa hubungan umum dan khusus mutlak. Yakni universal
golongan hubungan lebih luas ketimbang golongan hakiki.
Golongan hubngan ini dibagi menjadi tiga:
(i) Golongan terendah ( golongan hakiki, golongannya golongan saafil ). Yaitu suatu golongan yang tidak ada golongan lagi di bawahnya. Misalnya Manusia.
(ii) Golongan tengah ( Mutawassith ). Yaitu suatu golongan yang di atas dan di bawahnya terdapat golongan. Misalnya binatang. Dibawh dan di atas binatang terdapat golongan lain,, yaitu manusia dan benda berkembang.
(iii) Golongan teratas ( 'Aliy ). Yaitu suatu golongan yang golongan lain hanya terdapat di bawahnya. Seperti benda. Di bawah benda terdapat golongan lain seperti benda berkembang, benda hidup ( binatang ) dan manusia. Sedang di atasnya tidak terdapat golongan. Sebab substansi
[1], yang hanya satu-satunya di atas benda, hanya berupa jenis, alias tidak bisa berupa golongan sebagaimana benda, misalnya.
2. Universal Jenis, dibagi menjadi dua:
a. Universal Jenis Dekat ( Qarib )
Yaitu suatu jenis yang adanya – dalam urutan – langsung di atas golongan
yang diperhatikan. Baik golongan hakiki atau hubungan. Misalnya benda
cair terhadap golongan air, benda tak berkembang terhadap benda cair,
benda terhadap benda tidak berkembang, substansi terhadap benda dan
lain-lainnya. Lihat contoh grafik di bawah dengan mengambil benda cair
sebagai golongan yang diperhatikan.
b. Universal jenis Jauh ( Ba'id )
Yaitu suatu jenis yang adanya - dalam urutan – tidak langsung di atas
golongan yang diperhatikan. Baik golongan hakiki atau hubungan. Misalnya
benda tidak berkembang, benda dan substansi terhadap air. Atau benda dan
substansi terhadap benda cair dan lain-lain. Lihatlah contoh grafik di bawah
dengan mengambil benda cair sebagai golongan yang diperhatikan.
Perhatian!
Ada pembagian lain dalam membagi jenis, yaitu suatu pembagian yang
membagi jenis menjadi tiga bagian: Jenis terendah ( saafil, inferior genus ),
jenis tengah ( mutawassith, the intermediate genus ), dan jenis tertinggi (
jenisnya jenis, jenis 'aliy, jinsu ajnas, the higher genus ).
jenis terendah adalah jenis yang paling dekat dengan golongan hakiki; jenis
tertinggi adalah jenis yang paling jauh dari golongan hakiki; sedang jenis
pertengahan adalah di antara keduanya. Lihat diagram di bawah ini:
3. Universal Pembeda, dibagi menjadi dua:
a. Universal pembeda dekat ( Qarib )
Yaitu suatu pembeda yang membedakan golongan ( baik hakiki atau hubungan ) dari golongan yang lain yang bersatu dalam satu jenis, misalnya rasional. Ia membedakan manusia dari golongan lainnya seperti kuda harimau burung dan lain-lainyang bersatu dalam satu jenis yaitu binatang. Atau perasa yang menjadi pembeda bagi binatang.
b. Universal Pembeda jauh ( Ba'id )
Yaitu suatu pembeda yang dihubungkan dengan suatu golongan dari
jenisnya – baik yang jauh atau dekat – atau golongan hubungan yang ada
diatasnya. Misalnya perasaan – pembeds binatang – yang dihubungkan
dengan manusia, kuda, kucing dan lain-lain sebgai golongannya. Misalnya
dengan membuat proposisi "manusia adalah binatang perasa", bukan
"manusia adalah binatang rasional". Oleh karena itu, definisi tersebut –
manusia adalah binatang perasa – dikatakan definisi dengan jenis dekat (
binatang ) dan pembeda jauh ( perasa ). Lihat bagan dengan mengambil
manusia sebagai yang diperhatikan:
Tambahan
Pembeda mempunyai hubungan dengan jenis atau golongannya. Dengan kata lain,
kalau pembeda kita hubungkan dengan jenisdan golongannya, maka ia
mempunyai hubungan tersendiri. Kalau dihungkan dengan jenisnya, maka ia –
pembeda – menjadi pembaginya. Misalnya rasional terhadap binatang. Ia –
rasional – membagi binatang menjadi dua, yaitu binatang rasional dan tidak
rasional. Sementara kalau dihubungkan dengan golongannya, maka ia – pembeda
– menjadi asasnya. Misalnya, rasional terhadap manusia, ia – rasional – sebagai
salah satu asas manusia, sebb manusia adalah binatang rasional.
4. Dan 5. Universal ssifat khusus dan umum, dibagi menjadi dua:
a. Universal sifat lazim ( Lazim, concomitence )
Yaitu suatu pahaman universal yang secra akal tidak mungkin terpisah dari ekstensinya. Seperti ganjil dan genap untuk anka tiga dan empat, samanya jumlah sudut segiti tiga dengan jumlah dua sudut tegak lurus, universalnya manusia dan lain-lain. Sifat lazim ini dibagi menjadi tiga:
1. Lazim Dalam Wujud Luar ( khariji )
Yaitu yang kelazimannya hanya pada wujud luarnya saja. Seperti samanya jumlah sudut segi tiga dengan jumlah dua sudut tegak lurus. Sebab bisa saja orang membayangkan segi tiga tanpa membayangkan juga, atau mengetahui kesamaannya dengan jumlah sudut tegak lurus. Karena itu kesamaan tersebut tidak lazim di dalam akal.
2. Lazim Dalam Wujud Dalam ( Dzihni )
Yaitu yang kelazimannya hanya pada wujud dalam akal saja. Seperti
universalnya manusia, rasiona dan lain-lain, atau partikulirnya
pahaman Ahmad, budi, dan lain-lain.
3. Lazim Dalam Essensi ( Mahiyat, Essence )
Yaitu yang kelazimannya dalam wujud luar dan dalam. Seperti
ganjil genapnya angka tiga dan empat. Sebab, baik di luar maupun
di dalam akal,angka tiga dan empat, tetap melazimi ganjil dan
genap.
Dilihat dari jelas dan tidaknya, sifat lazim dibagi menjadi dua:
(1). Lazim jelas ( Bayyin, Clear )
Yaitu yang kelazimannya tidak memerlukan pembuktian dan
dalil. Lazim jelas dibagi menjadi dua:
a. Lazim jelas lebih khusus.
Yaitu yang hanya menggambarkan yang dilazimi, cukup menggambarkan lazim tersebut. Seperti genapnya empat, dengan hanya menggambarkan empat. Sebab dengan hanya menggambarkan empat sudah cukup untuk membayangkan genap.
b. Lazim Jelas lebih umum
Yaitu yang untuk meyakini atau mengetahui kelazimannya hanya diperlukan terlebih dahulu membayangkan yang dilazimi, lazim dan hubungan keduanya, dan tidak cukup hanya membayangkan yang dilazimi saja. Seperti dua adalah setengah dari empat. Pada contoh ini, kita cukup dengan hanya membayangkan dua, empat dan hubungan keduanya, untuk meyakini bahwa dua adalah setengan dari empat. Atau meyakini bahwa kelaziman lapar adalah makan, kita cukup membayangkan lapar, makan dan hubungan keduanya.
b. Universal Sifat Tidak Lazim ( Muftariq, separate )
Yaitu suatu pahaman universal yang secara akal bisadimungkinkan berpisah
dari ekstensinya. Seperti hitamnya orang negro, mudanya manusia,
gemetarnya orang yang terkkejut dan lain-lain.
Universal sifat tidak lazim dibagi menjadi dua:
1. Selamanya ( Daim, Permanent )
Yaitu suatu sifat yang selamanya melekat pada yang di sifati. Seperti
hitamnya orang negro ( tentu bagi yang berkulit hitam ). Sifat yang
dikategorikan sebagai sifat tidak lazim, karena secara akal ia bisa
berubah, walaupun pada kenyataannya tidak pernah berubah. Yakni akal
tidak melihat kemustahilan terhadap perubahan yang mungkin terjadi
pada sifat tersebut.
2. Sementara ( Ghairi daim, Unpermanent )
Yaitu suatu sifat yang tidak selamanya melekat pada yang disifati. Seperti
mudanya manusia, gemetarnya orang yang terkejut, dan lain-lain.
Universal Tidak Lazim "sementra" ini dibagi menjadi dua:
Lambat hilanya. Seperti mudanya manusia.
Cepat hilangnya. Seperti gemetarnya atau pucatnya orang yang terkejut atau ketakutan.
Lihat bagandi bawah ini:
19. Substnsi adalah lawan dari aksiden ( accident, sifat, 'aradh ). Yakni kalau ditemui di luar, ia tidak memerlukan subyek. Misalnya, manusia, pohon, gunung, air, ruh, malaikat dan lain-lain. Berbeda dengan aksiden yang memerlukan kapas, kapur, tulang, mata, kertas dan lain-lain, sebab tanpa semua itu putih tidak dapat eksis atau ditemui diluar (akal).Ringksnya, untuk menjadi eksis (wujud) substansi tidak berdiri di atas sesuatu yang lain, sedang sifat sebaiknya.
BalasHapusYeni medan 3/Mei/2014
assalamualaikum wr,wb
MBAH… saya YENI NURLINA
mengucapkan banyak2 terima
kasih kepada MBAH SUKRO
atas nomor togelnya yang
kemarin MBAH berikan yaitu
"1305" alhamdulillah
ternyata itu benar2 tembus
MBAH dan berkat bantuan
MBAH SUKRO saya bisa
melunasi semua hutan2
orang tua saya yang ada di
BANK BRI dan bukan hanya
itu MBAH alhamdulillah
sekarang saya sudah bisa
bermodal sedikit untuk
mencukupi kebutuhan
keluarga saya sehari2. itu
semua berkat bantuan MBAH
SUKRO sekali lagi
makasih banyak yah MBAH…
yang ingin merubah nasib
seperti saya hubungi MBAH
SUKRO di nomor
0853-3000-1769 atau
>>>KLIK DISINI<<<http://ramalantogel77.blogspot.com
dijamin 100% tembus atau
silahkan buktikan sendiri