Hubungan frekuensi makan buah dengan PJK
Vitamin C dan E dipercaya dapat mencegah penyakit jantung koroner. Vitamin C dan vitamin E yang cukup dapat mencegah oksidasi LDL. Kerja sinergistik dari vitamin C, vitamin E menjadi antioksidan paling penting dalam mempertahankan keutuhan dan fungsi sel. Kandungan vitamin E dan C yang penting dapat hilang dalam proses pengolahan makanan. Vitamin E tidak hilang jika direbus namun hilang dengan penggorengan. Vitamin C mudah hilang dengan direbus/ dimasak dalam panci besi. Oleh karena itu, buah merupakan sumber utama untuk vitamin, disamping juga merupakan sumber serat. Konsumsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 200-300 gram atau 2-3 potong sehari. Namun konsumsi yang terbaik adalah ≥ 3 porsi sehari untuk menutupi kekurangan serat dari serelia dan biji-bijian.
Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan buah dengan kejadian PJK dengan nilai p=0,042. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nina Aryati (2004) di BPRSUD Salatiga ada pengaruh konsumsi serat, vitamin C dan E terhadap kejadian PJK. Penelitian tentang hubungan antara konsumsi serat (buah dan sayur) ini masih memiliki kelemahan karena peneliti hanya menanyakan sumber serat utama yaitu yang berasal dari buah dan sayur sedangkan sumber yang berasal dari serelia (beras tumbuk) dan biji-bijian (kedelai utuh, kacang hijau, dll) tidak ditanyakan secara lengkap. Namun dari gambaran konsumsi buah (sumber utama serat disamping sayur) yang masih kurang diharapkan dapat memberi gambaran kurangnya konsumsi serat. Secara aplikatif hasil penelitian ini dapat sebagai acuan untuk masyarakat agar menkonsumsi buah pada khususnya / serat pada umumnya dengan cukup sesuai anjuran yang diberikan DepKes dan AHA (American Heart Association).
Hubungan cara masak makanan dengan PJK
Cara masak dengan cara digoreng menambah kandungan asam lemak jenuh dalam makanan. Dalam 100 gram berat bersih minyak kepala mengandung 87,9 gram lemak jenuh. Lemak jenuh meningkatkan pembentuan partkel VLDL. Makanan yang tidak berlemak jenuh dapat menjadi berlemak jenuh dengan cara masak yang digoreng atau tumis, misalkan sayur yang ditumis. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara cara masak dengan kejadian PJK dengan nilai p= 0,002.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Pembahasan Hubungan frekuensi makan buah dengan PJK"
Posting Komentar