A. Pendahuluan
Gazalba dalam Salam (2003,70) mengemukakan bahwa bidang permasalahan filsafat sebagai berikut:
1) Teori Pengetahuan: Apa itu pengetahuan, dari mana asalnya atau sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membentuk pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar , mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apa yang dapat diketahui manusia serta samapai dimana batasny.
2) Metafisika dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontology, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia dan filsafat ketuhanan atau thedycee.
3) Filsafat Nilai: hakikat nilai, dimana letak nilai, kenapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian. Filsafat ini disebut Aksiologi.
B. Pengertian dan Cabang Aksiologi
1. Pengertian Aksiologi
Berdasarkan Bachtiar (2005:163) menguraikan beberapa pengertian tentang aksiologi sebagai berikut:
· Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
· Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
· Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, Moral conduct yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
· Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation.
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak (baik, menarik, dan bagus). Penggunaan nilai yang lebih luas, merupakan kata benda asli untuk seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain dan ia berbeda dengan fakta. Lewis menyebutkan sebagai alat untuk mencapai beberapa tujuan, sebagai nilai instrumental atau menjadi baik atau sesuatu menjadi menarik, sebagai nilai inheren atau kebaikan seperti estetis dari sebuah karya seni, sebagai nilai intrinsik atau menjadi baik dalam dirinya sendiri, sebagai nilai kontributor atau nilai yang merupakan pengalaman yang memberikan kontribusi.
b. Nilai sebagai kata benda konkret. Dipakai untuk merunjuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
c. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Berdasarakan Bachtiar (2005:165) nilai adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
a. Ciri-ciri Nilai
Adapun ciri-ciri nilai berdasarkan Sumarna (2004:121) memiliki tiga cirri sebagai berikut:
1) Nilai berkaitan dengan subjek,
2) Nilai tampil dalam suatu konteks yang sangat praktis, yakni subjek hendak membuat sesuatu, dan
3) Nilai menyangkut sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat-sifatnya yang dimiliki objek.
b. Letak Nilai
Nilai terletak di antara persoalan intrinsic dan ekstrinsik. Nilai intrinsik artinya adalah nilai berada pada objek itu sendiri, sedangkan nilai ekstrinsik adalah adanya nilai tergantung pada penghargaan subjek.
c. Alat Nilai
Alat kebenaran adalah budi dengan kerjanya berfikir. Kebenaran menuntut persesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Yang menentukan pengetahuan itu benar atau salah terletak pada fakta empiris dan hasilolah pikiran manusia. Sementara itu, alat untuk menilai bukanlah budi, melainkan perasaan atau merasa.
2. Cabang Teori Nilai (Aksiologis)
Teori tentang nilai dibagi menjadi nilai etika dan nilai estetika.
1. Etika
Istilah etika berasal dari kata “ethos” yang artinya ‘adat kebiasaan’. Menurut Langeveld, etika adalah teori perbuatan manusia, yaitu ditimbang menurut baik dan buruknya. Selanjutnya Dagobert Runes, mengemukakan: Ethies is that or discipline which concerns it self with judgements of approval or disapproval, judgements as to the rightess or wrong-ness, goodnees or badness, virtue or vice, desirability or wisdom of action, ends, of objects or state of af-fairs. Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia dan memandangnya dari sudut baik dan tidak baik. Etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.
2. Estetika
Estetika adalah ilmu yang berbicara tentang hakekat keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Selain itu estetika juga berbicara tentang teori mengenai seni sehingga estetika juga sering disebut sebagai filsafat seni.
C. Dasar Aksiologi Ilmu
Ilmu itu bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik dan sifat buruk dan si pemilik pengetahuanlah yang harus mempunyai sikap. Netralitas ilmu terletak pada dasar epistomologisnya saja. Padahal secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai antara yang baik dan buruk yang pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat.
D. Ilmu Sebagai suatu Cara Berpikir
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsure dari kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan saling bergantung dan mempengaruhi karena ilmu berkembang tergantung dari kondisi kebudayaan dan perkembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda:
1) Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional, dan
2) Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Ilmu sebagai produk dari proses berpikir ilmiah harus memenuhi persyaratan tertentu:
1) Berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan pikiran yang logis, dan
2) Pernyataan yang bersifat logis tersebut harus di dukung oleh fakta empiris.
Adapun karakteristik dari ilmu sebagai berikut:
1) Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar,
2) Alur jalan pikiran yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada,
3) Pengujian secara empiris sebagai criteria kebenaran objektif, dan
4) Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi.
E. Ilmu Sebagai Asas Moral
Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Criteria kebenaran dalam ilmu adalah jelas sebagaimana yang dicerminkan oleh karakteristik berpikir yang pada hakikatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan di luar bidang keilmuan. Jadi dua karakteristik yang merupakan asas moral bagi kaum ilmuwan yakni menjunjung tinggi kebenaran dan mengabdi secara universal.
REFERENSI
Bachtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Salam, Burhanuddin. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sumarna, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suriasumantri, Jujun.S. 1987. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Belum ada tanggapan untuk "Pengertian Aksiologi Adalah "
Posting Komentar