Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka dihadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Di dalam Al-Qur’an Allah SWT mewajibkan manusia untuk berpikir dan secara mendalam dan merenung. Dalam surat Shad (38) ayat 29 dikatakan Allah berfirman “ kitab Al-Qur’an yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pengajaran”. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap orang hendaknya berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.
“Berpikir merupakan ciri utama dari manusia, untuk membedakan antara manusia dengan makhluk lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekarjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran disamping rasa dan kehendak untuk mencari kebaikan. Dengan demikian, ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Maka dalam arti yang luas kita dapat mengatakan berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti yang sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan atau pertalian antara abtraksi-abstraksi.
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.
Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Contohnya adalah penalaran tentang api yang membakar.
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah diperlukan sarana berpikir ilmiah.
Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal :
Sarana ilmiah bukan merupakan suatu ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana. Sarana berpikir ilmiah tersebut terdiri dari bahasa, logika dan matematika, statistik.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir yang baik pula. Maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun logika induktif. Ilmu dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.
Berikut akan dipaparkan sarana berpikir ilmiah:
Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses ilmiah. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan pada logika induktif dan deduktif. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan tidak benar.
Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur yang digunakan untuk menyampaikan : bahasa (unsur emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh ketiga unsur ini. Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi bebas dari pengaruh unsur emotif. Sedangkan perkembangan seni dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif. Syarat komunikasi ilmiah meliputi bahasa yang harus bebas emotif dan reproduktif. Reproduktif artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang menerima. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan.
Logika dan Matematika
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2003), diuraikan bahwa logika berarti pengetahuan tentang kaidah berpikir. Makna lainnya adalah jalan berpikir yang masuk. Logis berarti sesuai dengan logika, benar menurut penalaran atau masuk akal. Menurut Soebroto (2007), kata logika berasal dari konstanta bahasa latin, yaitu logos yang berarti perkataan atau sabda. Kemudian kata logos diadaptasi ke beberapa bahasa lainnya, bahasa arab misalnya, menyebutkan dengan mantiq, yang diambil dati kata naqaha yang mempunyai arti berucap atau berkata.
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya digunakan sebagai sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yaitu murni bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini ialah terbebas dari aspek emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya. Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logikanya pertanyaan-pertanyaan mempunyai sifat yang jelas.
a. Matematika adalah bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka objek ”kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang x.
b. Sifat kuantitatif dari Matematika
Dengan bahasa verbal bila kita membandingkan dua objek yang berlainan misalkan gajah dan semut, maka hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut. Kalau ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan dengan besar semut, maka kita mengalami kesukaran dalam mengemukakan hubungan itu, bila ingin mengetahui secara eksak berapa besar jagah bila dibandingkan dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apa-apa.
c. Matematika : sarana berpikir deduktif
Matematika mengembangkan cara berpikir deduktif artinya dalam melakukan penemuan dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan hanyalah didasari atas konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah sebelum ditemukan.
d. Perkembangan matematika
Tahap perkembangan Matematika menurut Griffits dan Howsdon (1974), yaitu:
1. Matematika yang berkembang pada peradaban Mesir kuno dan sekitarnya, menggunakan aspek praktis matematika yang berpadu dengan mistik dari agama.
2. Matematika yang berkembang pada peradaban Yunani, menggunakan aspek estetik yang merupakan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional.
e. Beberapa aliran dalam filsafat matematika
Aliran filsafat matematika terdiri dari:
1. Filsafat logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Tokoh yang menganut ajaran ini adalah Immanuel Kant(1724-1804)
2. Filsafat intusionis. Tokohnya adalah Jan Brouwer (1881-1966)
3. Filsafat formalis. Tokohnya adalah David Hilbert (1982-1943)
f. Kelebihan dan kekurangan matematika
Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut:
1. Tidak memiliki unsur emotif
2. Bahasa matematika sangat universal
Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
Statistika
Statistika berakar dari teori peluang. Descartes, ketika mempelajari hukum di Universitas Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan teman-teman yang suka berjudi. Sedangkan pendeta thomas Bayes pada tahun 1763 mengembangkan teori peluang subjektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat subjektif. Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa pada abad petengahan. Sedangkan teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Statistik baru hanya digunakan untuk mengambarkan persoalan seperti; pencatatan banyaknya penduduk, penarikan pajak, dan sebagainya, dan mengenai penjelasannya. Tetapi, dewasa ini hampir semua bidang keilmuan menggunakan statistika, seperti; pendidikan, psikologi, pendidikan bahasa, biologi, kimia, pertanian, kedokteran, hukum, politik, dsb. Sedangkan yang tidak menggunakan statistika hanya ilmu – ilmu yang menggunakan pendekatan spekulatif. Statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang melalui pengujian – pengujian yang berdasarkan kaidah – kaidah statistik.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka – angka, statistika juga merupakan bidang keilmuan yang dsebut statistika, seperti juga matematika yang disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi, dan teorema. Bidang keilmuan statistik merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut . Ditinjau dari segi keilmuan, statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang di pergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka – angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Maka, hartono Kasmadi, dkk., mengatakan bahwa “statistika ilmu yang berhubungan dengan cara pengumpulan fakta, pengolahan dan menganalisaan, penaksiran, simpulan dan pembuat keputusan.
KESIMPULAN :
1. Dalam kegiatan atau kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus menggunakan atau didukung oleh sarana berpikir ilmiah yang baik pula, karena tanpa menggunakan sarana berpikir ilmiah kita tidak dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik.
2. Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa Ilmiah, logika dan matematika, logika dan statistika.
3. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang yang tidak baik dan tidak benar.
4. Kelebihan matematika antara lain tidak memiliki unsur emotif dan bahasa matematika sangat universal
5. Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka – angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukan pengujian dalam bidang keilmuan sehingga kita dapat melakukan pengujian dalam bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat diselesaikan secara faktual
Belum ada tanggapan untuk "SARANA BERPIKIR ILMIAH"
Posting Komentar