Penyakit Alzheimer sebagai suatu Fenomena Sosial.Dua perspektif utama dalam kajian penyakit Alzheimer adalah: perspektif medis dan perspektif psikososial. Keduanya didasarkan pada model intervensi klinis dan model stress-coping/ menghadapi stress. Masing-masing model ini mewakili pendekatan "Instrumental" dalam studi penyakit Alzheimer yang bertujuan pada peramalan dan pengendalian (Moody 1998). Investigasi penyakit Alzheimer sebagai fenomena sosial telah masuk secara signifikan dalam badan riset oleh Gubrium (1986a,1986b,1988), Bersamaan dengan studi Lyroct (1983), Gubrium dan Lynott (1985), dan Lyman (1989) yang berupaya menunjukkan sifat alami bangunan sosial penyakit Alzheimer. Investigasi terbaru dalam konstruksi makna dan identitas dalam skema khusus serta implikasi sosial dan politik bagi perawatan orang-orang yang didiagnosa mengidap penyakit Alzheimer, di dalamnya termasuk kajian Vittoria (1996) dan Lyman (1993).
Gubrium (1986b,1988) menguji apa yang disebutnya dengan "Pengalaman penyakit Alzheimer" dari sudut pandang penganut interaksi simbolik dengan menggunakan data dari kerja etnografi yang luas. Dia memperluas teori Mead (1934) tentang pikiran melalui analisis "penjagaan keawetan pikiran" (Gubrium 1986b, P. 37) dalam pengalaman penyakit Alzheimer. Gubrium (1986, P. 38) menjelaskan bahwa pengalaman penyakit menimbulkan adanya "status realitas" pikiran yang benar-benar dialogis secara radikal, terpelihara secara bersama-sama, dan terbatas melalui agen dengan peralatan artikulasi yang tertata dan serta adanya penutup”. Lebih lanjut, Gubrium (1988, P. 236) juga meneliti "communicative burden/ beban komunikasi” Alzheimer untuk pasien dan perawat. Gubrium juga menyampaikan tentang penggunaan puisi untuk mengekspresikan hal-hal yang terkait penyakit Alzheimer yang tidak mungkin diungkapkan bagi mereka yang menolak perubahan.
Orona (1990) dan Lyman (1988) juga fokus dalam aspek pengalaman sosial suatu penyakit. Orona (1990) menguji hilangnya identitas terkait dengan suatu penyakit, melalui analisa strategi yang digunakan pemberi perawatan untuk menjaga orang yang mereka kasihi, dengan mempertimbangkan aspek-aspek temporal dari pengalaman. Lyman (1988) mendemonstrasikan bermacam-macam aspek serta efek tidak langsung dari "Infantilization/proses kembali ke fase kanak-kanak" dan labeling dari orang yang lebih tua di pusat perawatan penderita Alzheimer dewasa. Bersama-sama dengan Gubrium dan Lynott (1985), Orona (1988, P. 599) mengamati kapan label Alzheimer diterapkan, "Bahkan kelakuan yang normal pun di tafsirkan dalam kerangka sakit."
Akhirnya, Blum (1991) memodifikasi kerangka teori Goffman (1963) tentang stigma, terutama konsep "Courtesy stigma/stigma sopan santun," dalam kajiannya tentang bagaimana pemberi perawatan mengelola keterlibatan stigma yang alami terkait dengan penyakit kepada penderita Alzheimer. Studi penulis merupakan bagian dari riset ini, dengan fokus para penderita Alzheimer sebagai fenomena sosial dengan menguji konstruksi dan implikasi pemaknaan sosial suatu penyakit.
Konteks medis
Penyakit gangguan otak yang terjadi pada orang lanjut usia sering disebut-sebut sebagai "Penyakit abad ini" (Thomas 1983). Pada tahun 1990an Senile Dementia of Alzheimer’s Type (SDAT ) telah menjadi masalah kesehatan paling nyata bagi orang di usia tua (Binstock, Pos, dan Whitehouse 1992) melalui persinggungan faktor medis, politis, dan sosial (Fox 1989). Dari kacamata biomedis, Alzheimer merupakan penyakit degenerasi otak yang berjalan terus-menerus dan tidak dapat diubah, termasuk di dalamnya penurunan fungsi intelektual/akal budi, kehilangan ingatan, paranoid thingking, dan kelakuan aneh. Dalam keadaan terminal, penderita mengalami ketidakmampuan yang luar biasa dan bahkan tidak bisa melakukan hal-hal dasar yang bersifat pribadi (Bondareff 1986). Menurut riset dalam Journal of the American Medical Association (Hebert et al. 1995) kejadian terjangkit penyakit Alzheimer merupakan hal "substansial" bagi individu di atas usia 65 tahun. Dalam kenyataannya setelah umur 65, kemungkinan menderita penyakit ini meningkat dua kali lipat setiap usia bertambah lima tahun (gatz, Kasl Godley, dan Karel 1996).
Berdasar pandangan publik tentang penyakit Alzheimer (dan tantangan perawatan penyakit Alzheimer) Unit perawatan khusus Alzheimer telah merancang dan mengembangkan berbagai upaya klinis dan terapi untuk memenuhi kebutuhan penderita SDAT. Laporan baru-baru ini menyatakan kira-kira 10.4 persen dari semua fasilitas perawatan yang ada memiliki unit Alzheimer (Mor, Banaszak-Holl, dan Zinn 1995)
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Penyakit Alzheimer sebagai suatu Fenomena Sosial"
Posting Komentar