Kegiatan kambium dan tunas – tunas berkaitan dengan ZPT, dimana ZPT yang di hasilkan oleh tunas – tunas itu akan mengalir ke bawah dan mempengaruhi aktivitas disepanjang sumbu yang dilaluinya. Teori lain menjelaskan bahwa daun – daun muda dapat merangsang mengaktifkan kambium dan membentuk silem dan floem baru yang memperluas perkembangan ke bawah dari pucuk ke arah akar (Randers 1965 dalam Aloni, 1987).
Pada tanaman karet penggunaa zat tumbuh dapat mempengaruhi kambium, karena tanaman karet merupakan tanaman dikotil yang mempunyai berkas pembuluh dengan xilem dan floem terbuka (Barlow, 1978). Davies (1987) menyatakan bahwa ada 2 kelompok zat tumbuh yaitu giberelin dan auxin, yang terbukti mempengaruhi kegiatan kambium. Hal ini didukung oleh Wilson (1970), bahwa pemberian auxin langsung pada batang dapat meningkatkan ukuran diameter batang tanaman berkayu. Peningkatan sampai batas maksimum sesuai dengan peningkatan dosis auksin yang diberikan.
Wattimena (1988) menyatakan bahwa IAA berperan pada pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel – sel di daerah kambium dan pembentukan jaringan xilem dan floem. Dimana pembesaran batang ini dibentuk oleh jaringan xilem dan floem.
IAA (Indole -3 Acetic Acid) Merupakan salah satu senyawa auksin alami. Terdapat beberapa auksin alami lain yang ditemukan pada tumbuhan, yaitu 4-chloro-IAA dan phenylacetic acid, namun, mereka lebih tidak aktif dibandingkan IAA. Selain auksin alami, terdapat juga auksin sintetis, yakni 2,4 D (2,4- dichlorophenoxyacetic acid) dan NAA (naphthaleneacetic acid). IAA bergerak melalui sel-sel parenkim di korteks dan jaringan pembuluh. Pada batang, IAA bergerak secara basipetal, artinya IAA bergerak menuju dasar, bahkan jika batang dibalikkan. Pada akar, IAA bergerak secara akropetal, artinya bergerak menuju pucuk. Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan dan perkembahan adalah sebagai berikut.
Merangsang pemanjangan sel pada kecambah rumput dan tumbuhan herba. Penyebaran auksin pada batang tidak merata sehingga daerah dengan banyak auksin mengalami pemanjangan sel dan membuat batang membengkok.
Merangsang pembentukan akar
Merangsang pembentukan buah tanpa biji
Merangsang diferensiasi jaringan pembuluh sehingga merangsang pertumbuhan diameter batang
Merangsang absisi (pengguguran daun)
Berperan dalam dominansi apikal, yaitu keadaan pertumbuhan batang terus ke atas dan tidak menghasilkan cabang. Jika ujung batang dipotong, dominansi apikal akan hilang dan tumbuhan menghasilkan cabang dari tunas ketiak.
Auksin merangsang pemanjangan sel pada konsentrasi tertentu. Rentang konsentrasi ini berbeda pada akar dan batang. Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi, pemanjangan akar dan batang akan terhambat. Karena hal itu, auksin konsentrasi tinggi dapat digunakan sebagai herbisida.
Auksin
Auksin adalah zat
hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung
batang,
akar, dan pembentukan
bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran
sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari.
Akibatnya, tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apical.
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang cambium untuk membentuk xylem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali dibentuk pada sel tumbuhan), menghambatnya rontoknya buah dan gugurnya daun, serta mampu membantu proses partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembuahan tanpa penyerbukan.
Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.
Kinetin
Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin.
Sitokinin adalah hormon yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Fungsi sitokinin adalah :
ü Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan menghambat dominansi apical
ü Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk
ü Memperbesar daun muda
ü Mengatur pembentukan bunga dan buah
ü Menghambat proses penuaan dengan cara merangasang proses serta transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun.
ü Sitokinin diperlukan bagi pembentukan organel-organel semacam kloroplas dan mungkin berperan dalam perbungaan
ü rangsang sintesis protein dan ribonucleic acid (RNA) untuk mensintesis substansi lain
Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Senyawa ini dibentuk pada bagian akar dan ditrasportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau. Senyawa sitokinin juga terdapat pada tanaman jagung dan disebut zeatin.
Produksi lateks
Produksi lateks dipengaruhi beberapa hal, seperti pemilihan klon atau bahan tanaman yang memang secara genetik menghasilkan lateks lebih banyak. Selain itu, masih ada pemeliharaan tanaman serta penyadapan.
penyadapan yang tidak benar dapat menurunkan produksi lateks hingga 50%. “Kuncinya pada karet ini memang pada penyadapan karena umur ekonomis karet ada di sini,” katanya menjelaskan.
Prinsip utama dari penyadapan adalah membuka pembuluh lateks dengan cara mengiris sebagian kulit batang. Tujuannya, mendapatkan lateks dalam jumlah banyak, dengan biaya yang efisien, dan tidak mengganggu keseimbangan produksi tanaman. Tidak hanya masalah teknis, kematangan fisik tanaman, hingga penentuan hari sadap sangat mempengaruhi produksi.
“Satu siklus tanaman karet itu antara 25-20 tahun, dengan produksi antara 30-40 ton/ha setiap siklus. Jika bidang sadapnya rusak, misalnya yang biasanya bisa disadap sampai 20 tahun, hanya dalam 10-15 tahun sudah habis bidang sadapnya. Itu ‘kan bisa hilang opportunity selama 5 tahun. Produksi tidak akan tercapai,
Belum ada tanggapan untuk "Peranan Zat Pengatur Tumbuh pada Tanaman Karet "
Posting Komentar