A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah yang dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini adalah rumah sakit yang menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian yang madani dan unggul khususnya di Sumatera Utara. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17 Kemenangan Tani, Medan Tuntungan.
Rumah sakit ini terdiri dari banyak ruangan secara umum dibagi atas dua ruangan diantaranya ruang Rindu A dan Rindu B. Begitu juga dengan sumber daya manusia seperti Tenaga Dokter Spesialis, Dokter Umum, para medis dan non medis di RSUP H. Adam Malik Medan sudah memadai dan begitu juga peralatan yang digunakan. Upaya tersebut untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan yakni melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, serta penelitian kesehatan yang profesional. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri. Rumah sakit ini selain melayani masyarakat umum juga melayani peserta Askes, Jamkesmas, Jamsostek, dan asuransi kesehatan lainnya. Di rumah sakit ini banyak pasien berobat jalan maupun rawat inap dengan berbagai masalah kesehatan dan salah satunya adalah penyakit sirosis hati. Pasien sirosis hati di rawat inap di ruangan Rindu A maupun Rindu B dibagian ilmu penyakit dalam (Profil RSUP H. Adam Malik. 2015).
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500 gr atau 2% berat badan dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitarnya. Hati memiliki permukaan anterior yang cembung dan terletak dibawah kubah kanan difragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan usus. Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsimormis yang terlihat dari luar (Sylvia A. Price dkk, 2006).
Hati mempunyai perananan yang sangat penting, yaitu menerima darah melalui usus. Karena hati sebagai alat penerima darah, maka tidak heran jika ia akan berisiko mengalami kerusakan akibat adanya virus yang ikut terserap di dalamnya. Kerusakan akut pada hati dapat menjadi sangat berat, sehingga terkadang menyebabkan kematian, dalam beberapa hari (gagal hati fulminans, nekrosis hati akut, dan atrofi kuning akut dari hati). Kebanyakan, hal ini disebabkan oleh zat beracun. Kerusakan akut yang lebih ringan dapat pula terjadi. Biasanya, hal ini terjadi karena adanya virus dari berbagai jenis yang masuk ke vena porta, yang kemudian diterima oleh hati. Pada masyarakat modern, kerusakan hati yang ringan sampai yang berat dapat pula disebabkan pemakaian obat-obatan (Shaleh S. Naga, 2012).
Fungsi hati atau hepar berhubungan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruh atas makanan dan darah. Metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Hati merupakan “pabrik” kimia terbesar dalam tubuh, artinya ia mengubah zat makanan yang diserap dari usus dan yang disimpan di suatu tempat di dalam tubuh, guna dibuat sesuai untuk pemakaiannya di dalam jaringan. Hati juga mengubah zat buangan (zat sampah) dan bahan racun agar mudah dieksresikan ke dalam empedu dan air kemih (urine) (Koes Irianto, 2013).
Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil (mikronodular) atau besar (makronodular). Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra-hepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap. Alkoholisme merupakan satu-satunya penyebab terpenting sirosis. Sirosis akibat alkohol merupakan penyebab kematian nomor sembilan pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah hingga 28.000 kematian. Sedangkan di Indonesia terutama diakibatkan infeksi virus hepatitis B dan C. Virus Hepatitis B menyebabkan sirosis hati sebesar 40-50% dan virus Hepatitis C sebesar 30-40% penyebabnya tidak diketahui (Sylvia A. Price, 2012).
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang berasal dari unsur porfirin dalam hemoglobin. Bilirubin merupakan produk dari penghancuran sel darah merah oleh sel-sel retikuloendotel. Meskipun berasal dari hemoglobin, bilirubin tidak mengandung zat besi. Bilirubin yang baru terbentuk ini larut dalam lemak. Di dalam plasma darah, bilirubin ini berikatan dengan albumin. Karna terbentuk secara normal dari penghancuran sel darah merah maka proses metabolisme dan sekresi bilirubin dapat berlangsung secara terus-menerus (H. Ali Sulaiman, dkk, 2012).
Terdapat dua jenis bilirubin di dalam tubuh: yang terkonjugasi atau yang bereaksi langsung (dapat larut) dan yang tak terkonjugasi atau memiliki reaksi tidak langsung (ikatan protein). Jika bilirubin total berada dalam kisaran normal, kadar bilirubin langsung dan tidak langsung tidak perlu dianalisis. Jika hanya salah satu nilai bilirubin yang dilaporkan, nilai tersebut mewakili nilai bilirubin total
(Joyce Lefever Kee, 2008).
Bilirubin langsung atau terkonjugasi kerap muncul akibat ikterik obstruktif, baik yang bersifat ekstrahepatika (akibat pembentukan batu ataupun tumor) maupun intrahepatika. Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali, dan terabsorpsi dalam aliran darah. Sel hati yang rusak dapat menyebabkan hambatan sinusoid empedu sehingga meningkatkan kadar serum bilirubin langsung. Pada kasus hepatitis dan serosis terdekompensasi, baik kadar biliruin langsung maupun tak-langsung, dapat meningkat. Kadar bilirubin serum (total) pada orang dewasa: 0,1-1,2 mg/dl dan pada bayi adalah 1-12 mg/dl (Joyce Lefever Kee, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total Pada Penderita Sirosis Hati yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan”.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Contoh Latar Belakang Masalah Yang Baik"
Posting Komentar