Dalam pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Dalam proses ini guru mampu mengorganisasi setiap kegiatan belajar mengajar dan menghargai anak didiknya sebagai suatu subjek yang memiliki bekal dan kemampuan.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dan Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
b. Guru membagi siswa sebanyak 5 kelompok
c. Guru meminta siswa untuk memperlajari materi yang akan dibahas secara berkelompok
d. Guru mengarahkan masing-masing siswa untuk menemukan masalah dari materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
e. Dan dari masalah tersebut siswa mengembangkan pikirannya masing-masing yang sesuai dengan kehidupan sehari- hari (nyata),
f. Siswa jugalah yang akan mencari jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru dari buku, koran, majalah dan internet. Tiap kelompok dapat mencari info dan menuangkannya ke dalam LDS ( Lembar Diskusi Siswa),
g. Setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi,
h. Guru memberikan evaluasi
i. Selanjutnya guru menegaskan kembali materi yang akan dibahas, sehingga tidak terjadi salah persepsi tentang materi.
Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan Contextual Teaching and Learning siswa diharapkan lebih aktif di dalam dan di luar kelas. Keaktifan siswa bisa mencakup pemikiran dan interaksi dengan teman-temannya. Partisipasi siswa merupakan penentuan maksimal atau tidak kedua model ini. Oleh karena itu, guru harus cakap dalam membimbing siswa mengikuti langkah-langkah belajar, kecakapan guru dapat diwujudkan melalui kreatifitas guru dan keaktifan siswa untuk mau diarahkan. Pada akhirnya guru dan keaktifan siswa diharapkan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat.
2.1.2 Hasil Belajar Akuntansi Siswa
Menurut pengertian secara umum, belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Dan perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam segala aspek tingkah laku. Maka, jika seseorang dikatakan belajar, jika di didalam diri seseorang itu terjadi kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan perilaku.
Hilgard (dalam Sanjaya 2008:228) mengungkapkan bahwa: “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training”. Yang artinya, belajar adalah suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau perubahan melalui prosedur latihan (baik di dalam laboratorium atau dalam lingkungan alam). Selanjutnya, Istarani (2011:1) berpendapat bahwa “hasil belajar adalah sebuah proses yang dengannya organisme memperoleh bentuk-bentuk perubahan perilaku yang cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah peningkatan”.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan tetapi proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah perubahan dalam aspek perbuatan, berpikir, sikap dan perasaan.
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Sebab kegiatan segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya hasil belajar. Matondang (2009:26) mengungkapkan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Sedangkan menurut Ekawarna (2013:78) bahwa “hasil belajar adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan Hasil belajar adalah cerminan atau tolak ukur kepada peserta didik apakah mereka memahami materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru.
Horward Kingsley (Matondang 2009:26) membagi tiga macam hasil belajar, yakni “(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita”. Selanjutnya Gagne (Sanjaya 2008:233) mengatakan bahwa ada lima tipe atau kategori hasil belajar yaitu:
1. Belajar kemahiran intelektual (kognitif) yaitu belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah. Belajar membedakan adalah kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu, misalnya dilihat dari bentuk, warna, ukuran dan sebagainya. Belajar konsep kemampuan untuk menempatkan objek yang memiliki ciri dalam satu kelompok; sedangkan belajar kaidah adalah belajar melalui simbol bahasa baik lisan maupun tulisan.
2. Belajar informasi verbal yaitu belajar menyerap atau menerapkan , menyimpan dan mengomunikasikan berbagai informasi dari berbagai sumber.
3. Belajar mengatur kegiatan intelektual yaitu belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.
4. Belajar sikap yaitu hasil belajar yang tampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar.
5. Belajar keterampilan motorik yaitu berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan gerakan anggota tubuh, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor.
Slameto (2010:55) mengungkapkan dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut:
1. Faktor internal: faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari:
a) Faktor biologis (jasmaniah)berhubungan dengan keadaan fisik siswa tersebut seperti kondisi kesehatan dan kondisi normal fisik (tidak mempunyai cacat pada tubuh).
b) Faktor psikologis (rohaniah) berhubungan dengan kondisi mental siswa seperti: intelegensi, minat, bakat, dan motivasi siswa yang bersangkutan.
2. Faktor eksternal: faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi:
a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi guru dengan siswa dan keadaan ekonomi.
b) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, kelengkapan fasilitas sekolah.
c) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dengan masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi proses belajar siswa yang akan berdampak pada hasil belajar siswa, sehingga perlu diawasi oleh guru ataupun orangtua agar segala usaha belajar yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran mendapat hasil yang baik. Oleh karena itu guru juga harus merancang dan mengelola pembelajaran agar siswa benar-benar memiliki perubahan dalam pembelajaran yang baik sebagai hasil belajar. Dalam hal ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar akuntansi.
Menurut American Institute of Certified Public Accounting (Harahap 2011:5) Akuntansi adalah seni pencatatan,penggolongan,dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter,transaksi,dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya
Belajar akuntansi adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan siswa dalam bidang ilmu akuntansi melalui kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru. Dan yang pada akhirnya akan diperoleh hasil belajar akuntansi siswa. Hasil belajar akuntansi adalah perubahan atau hasil yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran akuntansi yang berupa ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditunjukkan melalui perolehan nilai dari kegiatan evaluasi yang telah dilakukan.
2.2 Penelitian Yang Relavan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Armi (2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 11 Medan T.A 2013/2014”. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 71,05. Sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah sebesar 55,61. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistic uji-t dengan dk=n1+n2 -2 pada taraf signifikan 95%. Dari perhitungan hipotesis diperoleh thitung sebesar 5,380 dan ttabel sebesar 1,6767. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa thitung > ttabel (5,380 > 1,6767) dengan kata lain hipotesis diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan Model Pembelajaran Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa kelas XI IPS SMA NEGERI 11 Medan T.A 2013/2014
Sitanggang (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Implementasi model Pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan scaffolding belajar akuntansi siswa kelas XII IPS 2 SMA SWASTA TELADAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014. Menyatakan bahwa penerapan kolaborasi model pembelajaran Problem Based Learning Dengan pendekatan Scaffholding dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Sebelum penggunaan model hanya 10 siswa dari 30 siswa yang lulus KKM. Hasil tes yang dilakukan pada siklus I terdapat 14 siswa yang mencapai nilai 70 keatas dengan nilai rata-rata 68,18. Pada siklus II terdapat 27 siswa yang mendapat nilai 70 keatas dengan nilai rata-rata 83,5.
Ginting (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan Strategi Indeks Card Match untuk meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK-BM Pencawan Medan Tahun Ajaran 2011/2012”, memberikan kesimpulan ada pengaruh positif pembelajaran kooperatif STAD terhadap hasil belajar. Hasil penelitian diperoleh rata-rata pretest siswa kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan sebesar 53,71 dan setelah diajarkan dengan model pembelajaran CTL terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan posttest dengan rata-rata 80,86. Sedangkan pada kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan sebesar 54,29 dan setelah diberikan perlakuan pembelajaran konvensional terdapat peningkatan hasil belajar siswa (postest) dengan rata-rata sebesar 74,57. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan thitung = 2,876>ttabel=2,00 pada taraf signifikansi 0,05.
Siregar (2014) Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 11 Medan T.A 2013/2014. dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe CTL terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Dari hasil analisis diperoleh data pretest sebagai hasil belajar awal siswa sebesar 32,5%. Data postest siklus I dengan rata-rata nilai 52,5% ada peningkatan belajar hasil belajar sebesar 20%. Sedangkan data postest siklus II dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa 85% berarti ada peningkatan hasil belajar siswa dari postest siklus I ke siklus II sebesar 32,5%.
Sabil (2011) pernah melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) Pada Materi Ruang Dimensi Tiga menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas belajar mahasiswa dan hasil belajarnya. Secara numerik kesempurnaan kualitas perkuliahan mencapai 87,1%, sedangkan rata-rata hasil belajar mahasiswa mencapai 77, Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar pada materi Ruang Dimensi Tiga Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika.
2.3 Kerangka Berfikir
Untuk menjadikan proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi siswa, maka seorang guru harus memberdayakan model pembelajaran dan menvariasikannya dalam proses belajar serta mengeksplorasi cara atau metode pengajarannya. Saat ini sudah sangat banyak model-model pembelajaran yang diciptakan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar. Ketika salah satu model memiliki kelemahan atau kurang dapat menjawab satu materi maka model pembelajaran yang lain dapat dipadu atau dikolaborasikan. Seperti model pembelajaran Problem Based Learning dan Contextual Teaching and Learning.
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan pembelajaran intruksional yang menuntun siswa dalam memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim dengan menghadirkan masalah yang menuntut kemampuan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan sendiri dalam menyelesaikan masalah dengan mencari informasi dari berbagai sumber sehingga pada akhirnya siswa dilatih mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang.
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah memberikan penekanan pada penggunaan berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, pemodelan, informasi dan data dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih menekankan pada authentic assesment yang diperoleh dari berbagai kegiatan.
Jika model pembelajaran Problem Based Learning dan Contextual Teaching and Learning dikolaborasikan, maka proses pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. Karena ketika belajar siswa lebih aktif dalam membukakan pemikiran mereka masing-masing sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Contextual Teaching and Learning "
Posting Komentar