Abstrak
Pasien perempuan usia 37 tahun datang dengan keluhan
mata kanan merah
berair, terasa perih dan gatal dan terdapat scret sedikit. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
didiagnosis konjungtivitis
dan pterigium. Konjungtivitis
adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva
disertai dengan pengeluaran secret. Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini
biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva
yang meluas kedaerah kornea
Kata Kunci:
Konjungtivitis, pterigium, penanganan
History
Pasien mengeluh mata merah od/os +/+, sejak 3hr yang lalu, namun mata
mata merah pada mata kiri sudah berkurang, selain mengeluh mata merah os jg
mengeluh nyeri mata +/-, mata gatal atau merasa tidak nyaman +/-, mata berair
+/-, dan keluar secret mata yg sedikit pada mata kanannya, keluhan mata kabur
tidak dikeluhkan pasien. Pasien
mengatakan 2hr yg lalu sudah berobat k puskesmas, dan keluhan mata berkurang.
RPD:
- Riwayat keluhan yang sama
(-)
- Riwayat kel mata yg lain
(+), adanya pterigium pada mata kanannya ± 6blnn
STATUS LOKALIS
OPTALMOLOGI
NO
|
Pemeriksaan
|
OD
|
OS
|
1
|
o Cilia dan Supercilia
|
Tidak Ada Kelainan
|
Tidak Ada Kelainan
|
2
|
Kelopak mata (palpebra superior
& inferior)
|
hiperemis
|
Tidak ada kelainan
|
3
|
Konjungtiva
(palpebra,bulbi,fornik)
Ø Injeksi konjungtiva
Ø Hiperemis
Ø Udem
Ø pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
|
Tidak
ada
ada
Tidak ada
Ada,
dari aarah nasal masuk kekornea melewati limbus tp belum menutupi pupil
|
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada
Tidak
ada
|
4.
|
Sclera
Ø ikteric
Ø Hiperemis
|
Tidak ada
ada
|
Tidak ada
Tidak ada
|
5.
|
Kornea
Ø warna
Ø sikatrik
Ø infiltrat
Ø udem
Ø Neovaskularisasi
|
Bening,transparan
ada
Tidak ada
Tidak ada
|
Bening,transparan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
6.
|
Iris
Ø Warna
Ø Sinekia
Ø Bentuk
Ø Iris shadow
|
Kecoklatan (normal)
Tidak ada
Normal
Ada namun
tidak sempurna
|
Kecoklatan(normal)
Tidak ada
Normal
Ada
|
7.
|
Pupil
Ø Isokor
Ø Reflek pupil
|
Isokor ф 3mm
+
|
Isokor ф 3mm
+
|
8.
|
Lensa
Ø Ada/Tidak
Ø Warna
|
Ada
Jernih
|
Ada
jernih
|
9.
|
Visus
|
Tidak diperiksa
|
Tidak diperiksa
|
Dx: OD konjungtivitis
OD pterigium stadium 2
Saran px. : Pemeriksaan Visus
Terapi:
a. FARMAKOLOGI
-troboson ed 1
6ddgtt1 od
-dexametason tab XII
3dd2tab
b. NONFARMAKOLOGI
-Hindari allergen, debu
-Tutup mata untuk menghindari penularan ke mata kirinya(os konjungtivitis) atau penularan pada orang lain
- Kompress dingin dan air mata buatan kadang meringankan ketidaknyamanan.
-penggunaan kaca mata hitam untung mengurangi radiasi sinar (pterigium)
Diskusi
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan pada pasien tersebut, diagnosis pasien ini adalah od konjungtivitis dan od pterigium.
Mata merah :: tanda klinik yang paling mencolok pada konjungtivitis akuta. Kemerahan paling nyata pada fornik dan mengurang kearah limbus, yang disebabkan karena dilatasi pembuluh darah konjungtiva posterior.
Mata berair :: sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau sensasi gatal.
Konjungtivitis pada pasien ini diduga karena debu yg berlebihan. Ciri konjungtivitis alergika sendiri adalah mata hiperemis + pada kedua mata, mata gatal++, mata berair sedang, eksudat minimal, adenopati periaurikuler tidak ada, tidak ada penyakit penyerta seperti demam atau sakit tenggorokan
Pterigium pada pasien ini penyebabnya diduga karena radiasi. Disebutkan bahwa radiasi sinar Ultra violet B sebagai salah satu penyebabnya. Sinar UV-B merupakan sinar yang dapat menyebabkan mutasi pada gen suppressor tumor p53 pada sel-sel benih embrional di basal limbus kornea. Tanpa adanya apoptosis (program kematian sel), perubahan pertumbuhan faktor Beta akan menjadi berlebihan dan menyebabkan pengaturan berlebihan pula pada sistem kolagenase, migrasi seluler dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut termasuk juga degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovesikular, seringkali disertai dengan inflamasi. Lapisan epitel dapat saja normal, menebal atau menipis dan biasanya menunjukkan displasia. Orang yang banyak menghabiskan waktunya dengan melakukan aktivitas di luar ruangan lebih sering mengalami pterygium dan pinguekula dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas di dalam ruangan.
Pada pasien ini pertumbuhan jaringan fibrovaskuler konjungtiva tumbuh dari arah nasal masuk kea rah kornea melewati limbus namun belum menutupi pupil, maka satium pada pasienm ini adalah pterigium stadium2.
Terapi yang diberikan pada pasien ini:
Troboson 6x1 od, dexametason 3x2 tab, kedua obat ini adalah imunosupresan dan anti inflamasi.
Pasien disarankan untuk menjalani operasi pterigium,tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1.Mengevaluasi ukuran
2.Mencegah inflamasi
3.Mencegah infeksi
4.Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan
Observasi:
§ Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau menimbulkan gejala yang minimal.
Terapi Konservatif
Secara umum pterygium primer diterapi secara konservatif dan hal ini merupakan rekomendasi pertama pada kebanyakan orang. Air mata buatan dapat membuat perasaan nyaman pada penderita dan menyingkirkan adanya sensasi adanya benda asing pada mata. Pterygium atrofik yang berukuran kecil dapat diobservasi secara teratur. Cairan pelumas dapat digunakan untuk mengatasi iritasi. Pterygium aktif dapat diterapi awal dengan vasokonstriktor, obat-obat anti inflamasi non steroid atau tetes mata steroid. Semua hal ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau sebelum dilakukan eksisi bedah.
-Terapi Bedah
Pembedahan merupakan tindakan terbaik untuk mengatasi pterygium ataupun pinguekula, namun hasilnya seringkali mengecewakan. Bahkan dengan tehnik modern ini, angka kekambuhan cukup tinggi, yaitu antara 50-60%. Pembedahan tidak direkomendasikan selama pterygium ataupun pinguekula tidak terlalu menimbulkan masalah berat bagi penderita.
Indikasi dilakukannya pembedahan segera : a). Tajam penglihatan terganggu. Hal ini dikarenakan pterygium berukuran cukup besar sehingga mengenai zona penglihatan di bagian tengah kornea. Pembedahan dapat digunakan untuk menjernihkan media penglihatan dan membatasi astigmatisma yang cepat dan irregular. b).Pterygium (kadang pinguekula) sangat mengganggu secara kosmetik. Pembedahan biasanya dapat mengurangi ukuran pterygium, namun eliminasi secara menyeluruh kadang sulit dilakukan. c).Baik pterygium maupun pinguekula menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman karena adanya kekeringan atau sensasi adanya benda asing yang kronik. Pembedahan biasanya dapat meningkatkan rasa nyaman, namun gejala iritasi juga dapat muncul.
Cara operasi terbagi tiga :
1.Bar sklera : sklera dibiarkan terbuka.
2.Eksterpasi pterigium : Pterigium digunting, kemudian dijahit kebawah konjungtiva.
3.Operasi plastik : ditutup oleh mukosa mulut.
Salah satu cara yang paling banyak direkomendasikan adalah dengan tehnik intraoperatif dengan menggunakan Mitomycin C. Mitomycin C, adalah antimetabolit yang telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai pengobatan glaukoma. Ternyata bahan ini juga dapat mengatasi pterygium yang kambuh setelah pembedahan. Tehnik ini dimulai dengan melakukan tindakan bedah konvensional. Kemudian sebuah spons yang dicelupkan dalam larutan (solution) Mitomycin C kemudian diletakkan di bawah flap konjungtiva dan di belakang limbus. Selanjutnya 0,1 cc dari 0.4 mg/mL (0.04%) Mytomitocin C diaplikasikan pada ruangan subkonjungtiva selama 3 menit.Langkah selanjutnya adalah dengan membasuh sklera selama kurang lebih 5 menit dengan menggunakan larutan fisiologis. Dengan dosis Mitomycin-C yang tepat, persentase kekambuhan pterygium menjadi semakin rendah dan komplikasi terhadap penglihatan tidak ditemukan
Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret. Ciri konjungtivitis alergika sendiri adalah mata hiperemis + pada kedua mata, mata gatal++, mata berair sedang, eksudat minimal, adenopati periaurikuler tidak ada, tidak ada penyakit penyerta seperti demam atau sakit tenggorokan.
Sedangkan pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas kedaerah kornea.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Troboson 6x1 od, dexametason 3x2 tab, kedua obat ini adalah imunosupresan dan anti inflamasi. Untuk penanganan pterigium pada pasien ini masih direncanakan, namun diusulkan cara terbaik yaitu tehnik intraoperatif dengan menggunakan Mitomycin C.
Referensi
Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi Empat belas. Widya medika. Jakarta. 2006.
Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman; Simarmata,Monang; Widodo,Purbo. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Sagung Seto. Jakarto. 2002
Penulis
Khannah Nuur. R, Bagian Ilmu penyakit Mata, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Belum ada tanggapan untuk "Penanganan Konjungtivitis dan Pterigum Pada Wanita 37 tahun"
Posting Komentar