Jenis Reaksi
Jenis reaksi sesuai proses terjadinya
dibedakan atas 2 tipe yaitu: reaksi tipe 1 dan reaksi tipe 2.
1. Reaksi tipe I (reaksi reversal, reaksi upgrading, reaksi borderline)
Terjadi pada pasien tipe borderline
disebabkan meningkatnya kekebalan selular secara cepat. Pada reaksi ini terjadi
pergeseran tipe kusta ke arah PB. Faktor pencetusnya tidak diketahui secara
pasti tapi diperkirakan ada hubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat.
a. Gejala
Gejala
reaksi dapat dilihat pada perubahan lesi kulit, neuritis (nyeri tekan pada
saraf), gangguan fungsi saraf tepi dan kadang-kadang gangguan keadaan umum
penderita.
b. Menurut
keadaan reaksi, maka reaksi kusta tipe I ini dapat dibedakan: reaksi ringan dan
reaksi berat.
c. Perjalanan
reaksi dapat berlangsung selama 6-12 minggu atau lebih. Klasifikasi reaksi tipe
I secara garis besar dapat dilihat pada tabel sedangkan perbedaannya dengan
relaps dijabarkan pada tabel.
Tabel II.6.
Klasifikasi reaksi Tipe I
|
reaksi
ringan
|
reaksi
berat
|
Lesi kulit
|
Tambah aktif, menebal merah,
teraba panas, dan nyeri tekan. Makula yang menebal dapat sampai membentuk
plaque
|
Lesi membengkak sampai ada yang
pecah, merah, teraba panas,dan nyeri tekan. Ada lesi kulit baru, tangan dan
kaki bengkak, serta sendi-sendi sakit
|
Saraf tepi
|
Tidak ada neuritis (tidak ada
penebalan saraf dan gangguan fungsi)
|
Ada neuritis (nyeri tekan,
dan/atau gangguan fungsi misalnya kelemahan otot
|
Keadaan umum
|
Tidak ada demam
|
Kadang-kadang ada demam ringan
|
Sumber
: dikutip dari Buku Pedoman Pemberantasan Kusta Depkes (1999)
Tabel II.7.
Perbedaan reaksi Tipe I dan relaps
|
reaksi
tipe I (reversal)
|
relaps
|
Interval waktu
|
Umumnya muncul selama masa
pengobatan atau pada kurun waktu 6 bulan setelah penghentian pengobatan
|
Biasanya muncul lama sesudah
pengobatan dihentikan. Umumnya sesudah interval 1 tahun
|
Timbul gejala
|
Mendadak
|
Pelan-pelan
|
Gangguan sistem
|
Dapat disertai deman dan perasaan
kurang enak
|
Tidak pernah disertai demam dan
perasaan kurang enak
|
Lesi lama
|
Beberapa lesi atau seluruhnya menjadi
eritem, mengkilat dan bengkak
|
Hanya pinggiran sebagian lesi
menunjukkan eritem dan infiltrat
|
Lesi baru
|
Pemunculan lesi baru sangat
sedikit
|
Beberapa lesi baru muncul
|
Ulserasi
|
Lesi sering pecah dan terjadi
ulserasi
|
Jarang terjadi ulserasi
|
Peredaan/penyembuhan
|
Disertai deskuamasi
|
Tidak ada deskuamasi
|
Keterlibatan saraf
|
Banyak saraf dapat terlibat
dengan nyeri tekan dan gangguan motoris
|
Dapat terjadi hanya pada satu
saraf dan gangguan motoris muncul perlahan-lahan
|
Respons terhadap steroid
(prednison)
|
Sangat baik
|
Tidak jelas
|
Sumber
: dikutip dari Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta (1999)
2. Reaksi tipe II (reaksi eritema
nodosum leprosum)
Reaksi ini terjadi pada pasien tipe MB
dan merupakan reaksi humoral dimana basil kusta yang utuh maupun tak utuh
menjadi antigen. Tubuh akan membentuk antibodi dan komplemen sebagai respons adanya
antigen. Reaksi kompleks imun terjadi antara antigen, antibodi, dan komplemen.
Kompleks imun ini dapat mengendap antara
lain di kulit berbentuk nodul yang dikenal sebagai eritema nodosum leprosum
(ENL), mata (iridosiklitis), sendi (artritis), dan saraf (neuritis) dengan
disertai gejala konstitusi seperti demam dan malaise, serta komplikasi pada
organ tubuh lainnya.
Hal-hal yang mempermudah terjadinya
reaksi kusta adalah stress fisik (kondisi lemah, menstruasi, hamil, setelah
melahirkan, pembedahan, sesudah mendapat imunisasi, dan malaria) dan stres
mental. Perjalanan reaksi dapat berlangsung sampai 3 minggu. Kadang-kadang
timbul berulang-ulang dan berlangsung lama.
Klasifikasi reaksi tipe II secara garis besar
dapat dilihat pada tabel II.8:
Tabel
II.8.
Klasifikasi
reaksi Tipe II
|
reaksi ringan
|
reaksi berat
|
Lesi kulit
|
ENL yang nyeri tekan berjumlah
sedikit, biasanya hilang sendiri dalam 2-3 hari
|
ENL nyeri tekan, ada yang sampai
pecah (ulseratif), jumlah banyak, berlangsung lama
|
Konstitusi
|
Tidak ada demam atau ringan
|
Demam ringan sampai berat
|
Saraf tepi
|
Tidak ada neuritis (nyeri tekan
atau gangguan fungsi)
|
Ada neuritis (nyeri tekan dan
gangguan fungsi)
|
Organ tubuh
|
Tidak ada gangguan
|
Terjadi peradangan pada
organ-organ tubuh, yaitu mata ( iridosiklitis), testis (epididimorkitis),
ginjal (nefritis), sensi (artitis), kel.limfe (limfadenitis), gangguan pada
tulang, hidung, dan tenggorok
|
Sumber
: dikutip dari Buku pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta (1999)
Tabel
II.9.
Perbedaan
reaksi Tipe I dan Tipe II
|
gejala/tanda
|
reaksi
ringan
|
reaksi
berat
|
1.
|
Keadaan umum
|
Umumnya baik, demam ringan (sub
febril) atau tanpa demam)
|
Ringan sampai berat disertai
kelemahan umum dan demam tinggi
|
2.
|
Peradangan kulit
|
Bercak kulit lama menjadi lebih
meradang (merah), dapat timbul bercak baru
|
Timbul nodul kemerahan, lunak,
dan nyeri tekan. Biasanya pada lengan dan tungkai. Nodul dapat pecah
(ulserasi)
|
3.
|
Saraf
|
Sering terjadi, umumnya berupa
nyeri tekan saraf dan/atau gangguan fungsi saraf
|
Dapat terjadi
|
4.
|
Peradangan pada organ lain
|
Hampir tidak ada
|
Terjadi pada mata, kelenjar getah
bening, sendi, ginjal, testis, dll
|
5.
|
Waktu timbulnya
|
Biasanya segera setelah
pengobatan
|
Biasanya setelah mendapatkan
pengobatan yang lama, umumnya lebih dari 6 bulan
|
6.
|
Tipe kusta
|
Dapat terjadi pada kusta tipe PB
maupun MB
|
Hanya pada kusta tipe MB
|
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "JENIS JENIS REAKSI PADA PENDERITA PENYAKIT KUSTA"
Posting Komentar