Meningioma
Seperti telah di
jelaskan sebelumnya, meningioma merupakan 15% dari primer brain tumor. Sebagian
besar jinak dan yang lainnya dapat di operasi secara komplet. Tumor ini terjadi
khususnya pada orang dewasa dan pada dekade pertengahan. Sebagian besar
merupakan lesi soliter, tapi multiple meningioma dapat terjadi dengan atau
tanpa neurofibromatosis. Berdasrkan histologinya ada empat jenis utama
meningioma : meningothelial, transitional, fibroblastic, dan angioblastic.
Angioblastik merupakan pasling sedikit dan lebih agresif dari pada tipe yang
lainnya. Lebih lanjut ini dibedakan menjadi 2 varietas yaitu hemangioblastic,
yang mirip cerebellar hemangioblastoma, dan yang kedua hemangiopericytoma.
Jenis ini sungguh mirip dengan hemangiopericytoma pada jaringan lain dan
ditandai dengan kecil, sel yang terbungksu dengan pembuluh darah halus yang
banyak. Mitosis umum terjadi. Tumor ini lebih agresif dengan kecenderungan
kearah recurrence dan penyebaran metastase.
Perhatian Klinik Dan Evaluasi Pre Operasi
Gejala klinik dari
meningioma tergantung pada lokasi tumor. Tempat yang paing sering untuk
pertumbuhan meningioma diantaranya convexity, sphenoid wing, cerebellopontine
angle, daerah parasagital, lekuk olfactory, dan tuberculum sellae. Lokasi yang
tidak sering adalah cerebellar convexity, foramen magnum, dan clivus.
Convexity meningiomas
mungkin tumbuh lebih besar sebelum menjadi gejala/simptomatik. Keluhan yang
sering adalah sakit kepala. Tergantung pada area yang terkena, pasien mungkin
kejang atau tanda fokal berupa kelemahan atau kehilangan sensoris. Sphenoid wing meningiomas secara umum dibagi
menjadi middle third dan medial (clinoid). Lateral spenoid wing dan middle
third meningiomas memiliki persamaan dalam cara convexity meningiomas.
Clinoidal meningiomas timbul dari medial spenoid wing dan melibatkan carotis
dan arteri mddle cerebral seperti saraf optic dan tractus opticus. Pada tumor yang besar, lobus frontal dan temporal
mungkin tertekan. Gejala pada saraf optik yang biasanya dijadikan acuan, tapi
kejang dan atau hemiparesis mungkin bersamaan. Parasagittal tumor, sesuai
namanya, ia mempengaruhi sinus sagitalis seperti dekatnya falx dan convexity.
Tumor muncul dari mid position dari sinus sagitalis yang menyebabkan kejang dan
kelemahan ekstremitas bawah atau kehilangan sensoris karena kompresi dasar dari
korteks sensorimotor. Meningioma di spertiga anterior lebih sulit terdeteksi
secara klinik meskipun lebih besar pada saat ditemukan pertama kalinya. Tanda
dan gejala termasuk perubahan sikap dan mungkin demensia. Sakit kepala muncul
pada keduanya dan pada meningioma pada umumnya. Meningioma pada tuberculum
sellae ditunjukkan dengan kehilangan penglihatan. Biasanya terjadi unilateral.
Dengan gejala progress yaitu kehilangan ketajaman dan gangguan lapangan panadng
bilateral, yang diakitkan dengan atropi nervus opticus. Meningioma jalur
olfactory berkembang pada midline fossa anterior. Area ini relative tenang dan
sering kali tumor akan mencapai ukuran besar sebelum terdeteksi. Nyeri kepala
merupakan gejala umum dan mungkin ada perubahan mental. Meningioma
cerebellopontine angle menunjukkan gejala yang sama dengan acoustic tumor (vide
infra). Gejala umum berupa hilangnya pendengaran, vertigo, dan tinnitus. Gejala
lain pada lokasi ini secara langsung dipengaruhi oleh ukuran tumor yang
mempengaruhi nervus lain pada basal cranial. Seperti tumor lainny ayng muncul
pada fosa posterior, tumor ini mungkin menyebabkan hidrocephalus yang
menyebabkan peningkatan TIK. CT scan preoperasi akan menyingkap
hidrocephalus sebagai tambahan pada
meningioma.
CT scan merupakan alat radiologi yang sangat penting
dalam konfirmasi diagnosis meningioma.
Lesi tampak sedikit
lebih dense dan menyebar secara homogen setelah kontas disuntikkan. Perubahan
seperti tulang gampang di evaluasi pada CT scan. Separuh dari pasien dengan
meningioma terdapat edema cerebral yang berbatasan dengan tumor. Pada waktu ini
edema mungkin ditandai dan dapat menyulitkan anestesi dan operasi. Angioraphy
sering dilakukan pada pasien dengan dugaan meningioma. Garis luar yang mensuply
tumor, yang seringkali dari karotis eksternal. Informasi ini berguna pada saat
ekstirpasi.
Menegement Anestesi
Pada kasus pasien dengan tumor glioma, managemen anestesi
harus tepat yang memerlukan manipulasi obat dan teknik untuk menjaga CPP
stabil.
Meningioma terjadi lebih sering pada pasien tua dan
mungkin ada perubahan mental. Diagnosis bandingnya adalah sindroma alzeimer dan
parkinson. Sehingga, pasien harus diobati dengan levodopa. Ortostatik hipotensi
dan disritmia mungkin menjadi komplikasi pada tindakan anestesi (lihat bab 20).
Tindakan radiologi seharusnya diberikan preoperasi untuk
memastikan dua hal supply vascular untuk meningioma dan sinus vena. Mengetahui
dua hal ini sebelunya membuat seorang ahli anestesi mendapat darah yang cukup
dan nitroprusside diberikan jika terjadi intra operasi.
Management Operasi
Jika memungkinkan pasien dengan meningioma seharusnya
diterapi dengan steroid dan antikonvulsan. Khususnya bila ada vasogenik edema,
yang penanganan durante dan post operasinya sulit. Prinsip penanganan sama
dengan tumor glioma. Three-point fiksasi kepala digunakan dan sumbu panjang
tumor diletakkan parerel dengan dasar. Kepala sedikit elevasi dan hindari
putaran dan terlalu fleksi yang mungkin menyebabkan menghambat aliran vena atau
pembuntuan ETT atau menyebabkan pembengkaakn lidah. Kebanyakan pada operasi
tumor supratentorial diposisikan supine. Namun kadang-kadang posisi semislopuch
diperlukan, dan untuk resiko terjadinya emboli udara dipasang dopler precordial
dan kateter vena sentral. Tergantung kondisi fisik pasien, keadaan dehidrasi di
otak mungkin diperlukan. Manitol 20% di infus drip intravena selama 20-30 menit selama tahap
awal operasi. Dosisnya 0,5-1 g/kg. furosemid 10-20 mg dapat ditambahkan untuk
membuat relaksasi otak.
Tipe operasi mirip pada glioma. Kadang memerlukan
mikroskop. Craniotomy yang cukup dilakuakn untuk dapat mengeksisi tumor secara
total. Jika memungkinkan otak yang terpapar seminimal mungkin dan lapangan
operasi hanya pada meningioma saja.
Postoperasi
Kebanyakan pasien diekstubasi di ruang operasi. Selam
post operasi kepala di elevasikan 30 derajat untuk membantu aliran vena dan
mencegah kongesti otak. Steroid
diberikan beberapa hari lalu di tapering. Pemberian antikonvulsan diteruskan.
Jika dari pemeriksaan fisik dinyatakan kondisi pasien setelah pengangkatan
meningioma memburuk, dialkukan CT scan untuk mengevaluasi keadaan edema otak,
hematoma, atau hidrocephalus. Kasus yang biasanya menyebabkan penurunan sensorium
adalah peningkatan pembengkakan otak pada area yang berbatasan dengan dasar
tumor. Terapinya yaitu denagn mengelevasikan kepala dan peningkatan dosis
steroid. Manitol diberika jika kondisi pasien tetap.
Seperti halnya dengan glioma, deep vein trombosis
merupaakn komplikasi yang umum yeng terjadi post operasi pada pasien
meningioma.
Terapi Lain
Setelah pengangkatan meningioma secara total, angka
recurrent nya sedikit. Secara umum pada pengangkatan yang tidak komplit yan
diperiksa dengan CT scan dan dipertimbangkan untuk operasi lagi jika tumor
membesar lagi. Biji radiasi dipasang pada pasien dengan hemiangiopericytoma
atau melignant meningioma dan pada pasien yang recurrence tidak dapat dilakukan
operasi.
Belum ada tanggapan untuk "Apa Itu Meningioma "
Posting Komentar